Porsi dana asing di SBSN melonjak 91%



JAKARTA. Kepemilikan investor asing di surat berharga syariah negara (SBSN) kian melesat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, secara year to date (ytd) hingga 10 Mei 2017, kepemilikan asing di SBSN melesat 91,66% ke posisi Rp 17 triliun dari posisi akhir tahun yang hanya sebesar Rp 8,87 triliun.

Artinya, di periode tersebut kepemilikan asing sudah bertambah Rp 8,13 triliun. Meski menanjak, di periode yang sama porsi asing di SBSN masih terhitung mini hanya 5,99% dari total outstanding Rp 284 triliun.

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menjelaskan, kenaikan tersebut memang tidak sebesar yang diraih oleh surat utang negara (SUN) konvensional.


Di sepanjang tahun ini, kepemilikan asing di sura sudah bertambah Rp 66,17 triliun ke posisi Rp 723,11 triliun. Artinya, meski melaju, kepemilikan asing di SBSN tak seagresif di SUN.

Hal tersebut lantaran minimnya likuiditas di pasar sukuk negara tersebut. Apalagi biasanya investor asing masuk ke sukuk negara cenderung hanya untuk memanfaatkan yield yang cukup tinggi ketimbang di SUN.

"Kebanyakan investor asing memang menikmati yield saja tetap hold dan tidak melakukan trading sehingga kurang likuid di pasar sekunder," tukasnya.

Namun, Made menilai, saat ini tren asing mulai terus merangsek masuk ke instrumen sukuk negara. Apalagi yield yang ditawarkan pemerintah saat ini cukup menarik dan akhirnya mendorong minat asing untuk memarkirkan dananya di instrumen syariah ini. "Beda dengan tahun lalu, tahun ini jauh lebih baik, ditambah pemerintah terus menambah pasokan surat utang syariah ini," terang dia.

Meski kondisi pasar dihantui gejolak sentimen global, Made memperkirakan guncangan dan koreksi di pasar SBSN tidak akan sebesar di pasar SUN. Sebab, menurutnya, investor sukuk negara ini bukan tipe yang khawatir terhadap volatilitas harga, beda dengan SUN yang mencari volaitilitas untuk trading," kata Made.

SBSN seri bertenor pendekpun masih akan menarik minat investor asing untuk membiakkan dananya di sana. Maklum saja, konsentrasi investor asing masih terfokuskan dari sisi likuiditasnya sehingga mereka pun tidak perlu khawatir selisih harganya terlalu jauh. "Kalau masuk tenor panjang mereka khawatir karena likuiditasnya maka itu dipilih tenor pendek," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia