JAKARTA. Investor asing perlahan masuk lagi ke pasar Surat Utang Negara (SUN). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang per 23 Januari 2009, asing mengempit SUN senilai Rp 87,54 triliun, naik Rp 1,12 triliun dari posisi per 16 Januari 2009 yang senilai Rp 86,42 triliun. Cuma, jumlah ini masih lebih rendah dari posisi akhir Desember 2008. Waktu itu, dana asing yang parkir di SUN mencapai Rp 87,61 triliun. Seperti halnya pergerakan investasi asing di SUN, harga SUN juga masih fluktuatif, tapi cenderung naik. Kemarin (27/1), Indeks IDMA Government Bond yang mencerminkan harga rata-rata SUN, berada di posisi 88,98, naik 1,38% dari posisi 16 Januari 2009. Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi mengatakan, saat ini SUN menarik karena selisih imbal hasilnya (yield) dengan obligasi Amerika Serikat (treasury bond) sudah terlalu jauh. Ambil contoh selisih yield obligasi bertenor 10 tahun. Yield obligasi terbitan Amerika kini sebesar 2,62%. Sementara SUN seri FR0036 yang bertenor 10 tahun memberi imbal hasil 11,88%. Dus, selisihnya lebih dari 9%. Erick melihat, kini asing lebih suka masuk SUN jangka pendek. Sebab, keadaan ekonomi global belum stabil. Lagipula, kebutuhan dolar perusahaan multinasional di Amerika Serikat masih tinggi. "Ini membuat likuiditas dolar masih ketat," tambahnya. Dengan masuk ke SUN jangka pendek, mereka bisa mengambil dana dan bunganya dengan cepat untuk menutupi ketatnya likuiditas dolar. Analis obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto justru punya pendapat berbeda. Menurutnya, kenaikan tipis sebesar Rp 1,12 triliun itu hanya transaksi biasa. "Belum ada pelarian atau penambahan yang cukup besar," ujarnya. Ia menghitung, satu bulan ini, dana asing di SUN bergerak antara Rp 85 triliun hingga Rp 88 triliun. Baginya, dana asing tergolong deras masuk bila porsi asing menembus Rp 90 triliun. Sebab, Agustus tahun 2008, dana asing di SUN pernah mencapai nilai tertinggi sebesar Rp 106,66 triliun. Budi menambahkan, sekarang ini arus dana asing masih tergantung kondisi global. Namun, ia juga yakin dana asing di SUN akan terus bertambah. "Bisa jadi meningkat akhir tahun ini atau tahun depan. Soalnya pasar keuangan belum normal," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Porsi Dana Asing di SUN Naik Lagi
JAKARTA. Investor asing perlahan masuk lagi ke pasar Surat Utang Negara (SUN). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang per 23 Januari 2009, asing mengempit SUN senilai Rp 87,54 triliun, naik Rp 1,12 triliun dari posisi per 16 Januari 2009 yang senilai Rp 86,42 triliun. Cuma, jumlah ini masih lebih rendah dari posisi akhir Desember 2008. Waktu itu, dana asing yang parkir di SUN mencapai Rp 87,61 triliun. Seperti halnya pergerakan investasi asing di SUN, harga SUN juga masih fluktuatif, tapi cenderung naik. Kemarin (27/1), Indeks IDMA Government Bond yang mencerminkan harga rata-rata SUN, berada di posisi 88,98, naik 1,38% dari posisi 16 Januari 2009. Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi mengatakan, saat ini SUN menarik karena selisih imbal hasilnya (yield) dengan obligasi Amerika Serikat (treasury bond) sudah terlalu jauh. Ambil contoh selisih yield obligasi bertenor 10 tahun. Yield obligasi terbitan Amerika kini sebesar 2,62%. Sementara SUN seri FR0036 yang bertenor 10 tahun memberi imbal hasil 11,88%. Dus, selisihnya lebih dari 9%. Erick melihat, kini asing lebih suka masuk SUN jangka pendek. Sebab, keadaan ekonomi global belum stabil. Lagipula, kebutuhan dolar perusahaan multinasional di Amerika Serikat masih tinggi. "Ini membuat likuiditas dolar masih ketat," tambahnya. Dengan masuk ke SUN jangka pendek, mereka bisa mengambil dana dan bunganya dengan cepat untuk menutupi ketatnya likuiditas dolar. Analis obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto justru punya pendapat berbeda. Menurutnya, kenaikan tipis sebesar Rp 1,12 triliun itu hanya transaksi biasa. "Belum ada pelarian atau penambahan yang cukup besar," ujarnya. Ia menghitung, satu bulan ini, dana asing di SUN bergerak antara Rp 85 triliun hingga Rp 88 triliun. Baginya, dana asing tergolong deras masuk bila porsi asing menembus Rp 90 triliun. Sebab, Agustus tahun 2008, dana asing di SUN pernah mencapai nilai tertinggi sebesar Rp 106,66 triliun. Budi menambahkan, sekarang ini arus dana asing masih tergantung kondisi global. Namun, ia juga yakin dana asing di SUN akan terus bertambah. "Bisa jadi meningkat akhir tahun ini atau tahun depan. Soalnya pasar keuangan belum normal," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News