Porsi dana mahal di bank syariah masih tinggi



JAKARTA. Tak hanya bank umum konvensional yang ketergantungan dengan dana mahal dalam menghimpun DPK, perbankan syariah juga mengalami hal serupa.

Rizqullah, pengamat perbankan syariah mengatakan, lemahnya penghimpunan dana murah atau current account saving account (CASA) dalam komposisi dana pihak ketiga (DPK) di bank syariah karena masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengakses produk jasa keuangan syariah, termasuk tabungan dan giro.

Untuk itu kata Rizqullah ini menjadi tantangan yang harus dijawab oleh perbankan syariah dengan melakukan edukasi kepada masyarakat dengan lebih optimal.


“Market share perbankan syariah yang masih dibawah 5% dari perbankan nasional, menunjukkan penetrasi perbankan syariah di pasar keuangan Indonesia memang belum dalam,” kata Rizqullah, Jumat, (11/7).

Minimnya jaringan kantor cabang dan kantor cabang pembantu perbankan syariah di seluruh wilayah Indonesia juga turut berkontribusi dalam rendahnya penghimpunan CASA di DPK perbankan syariah. “Ini termasuk tantangan yang secara perlahan harus dijawab perbankan syariah,” pungkas mantan Direktur Utama BNI Syariah tersebut.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2014, deposito perbankan syariah mencapai Rp 115,72 triliun. Jumlah ini mencapai 62,38% dari total DPK perbankan syariah yang mencapai Rp 185,50 triliun. Sementara giro sebesar Rp 13,97 triliun atau 7,54% dari total DPK bank syariah. Terakhir, tabungan mencapai Rp 55,80 triliun atau 30,08% dari total DPK bank syariah.

Komposisi DPK bank syariah April lalu tak beda jauh dibanding April 2013. Kala itu deposito mencapai Rp 95,35 triliun atau 60,15% dibanding total DPK sebesar Rp 158,51 triliun. Sementara giro sebesar Rp 16,04 triliun atau 10,12% dari total DPK. Terakhir, tabungan mencapai Rp 47,12 triliun atau 29,73% dari total DPK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan