JAKARTA. Kepemilikan saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) di United Fiber System Ltd (UFS) berpotensi menyusut setelah transaksi tukar guling saham. Kesimpulan ini menyusul masuknya GMR Infrastructure Investments sebagai salah satu pihak yang ikut melakukan transaksi tersebut. Aksi korporasi itu semula hanya melibatkan DSSA dan UFS. Kini, transaksi tukar guling melibatkan tiga pihak, DSSA, UFS dan GMR. Direktur dan Sekretaris Perusahaan DSSA, Hermawan Tarjono, menyebutkan GMR berminat turut serta dalam aksi korporasi itu. "Kami belum tahu porsi yang akan diambil GMR, karena masih harus due diligence," ujar Hermawan kepada KONTAN, Jumat (30/3).
GMR akan menukar kepemilikannya di PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) dengan saham baru yang akan diterbitkan UFS. Mengacu ke data RTI, GMR menguasai 30% saham GEMS. Perusahaan infrastruktur yang berbasis di Singapura itu, masuk ke GEMS melalui initial public offering (IPO) yang berlangsung tahun lalu. GMR juga membeli saham GEMS dari tangan DSSA melalui skema private placement. Kehadiran GMR dalam tukar guling akan memperkecil porsi kepemilikan DSSA di UFS. "Sebelum ada GMR, porsi saham kami di UFS akan sekitar 92%-93%. Tapi setelah GMR masuk, kami belum tahu," tutur Hermawan. Di skenario awal, DSSA akan menyerap 44,28 miliar dengan 92,77% saham baru USF melalui rights issue. Harganya SGD 3,5 sen. Pembelian saham itu akan dibayar dengan 3,94 miliar saham GEMS milik DSSA. Jumlah itu setara 66,99% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh GEMS. Untuk aksi korporasi ini, harga transaksi GEMS senilai Rp 2.750 per saham. Nilai total transaksi mencapai Rp 10,83 triliun atau SGD 1,55 miliar. Ini berarti DSSA akan menjual seluruh kepemilikannya di GEMS. DSSA akan menjadi pemegang saham tak langsung GEMS melalui UFS. DSSA tetap menjadi pemilik mayoritas GEMS. Dengan mengakuisisi 92,77% saham UFS, kepemilikan DSSA di GEMS secara tak langsung sebesar 62,14%. Menurut estimasi Hermawan, kendati DSSA harus berbagi porsi saham UFS dengan GMR, perusahaan tambang milik Sinarmas Grup itu tetap akan menjadi pemilik mayoritas GEMS. Pasalnya, kepemilikan UFS atas saham GEMS akan bertambah. "Kepemilikan kami diperkirakan masih akan di kisaran 60% (saham GEMS)," ungkap dia. Masuknya GMR ini menyebabkan penandatanganan transaksi jual beli bersyarat (CSPA) tertunda. Sejatinya, kesepakatan itu sudah diperoleh akhir Maret lalu dan closing dilakukan Juni nanti. Namun, Hermawan memperkirakan, CSPA akan diteken akhir bulan ini dan closing Agustus 2012.
UFS merupakan perusahaan investasi yang memfokuskan bisnisnya di sektor kehutanan, produsen bubur kayu, konstruksi dan properti. Anak-anak usaha UFS yang bergerak di bidang kehutanan dan bubur kertas berlokasi di Indonesia. Anak usaha di bidang kehutanan, misalnya, PT Hutan Rindang Benua yang memiliki konsesi di Kalimantan Selatan seluas 268.585 hektare.Kemudian PT Mangium Anugerah Lestari, produsen kayu chip yang berlokasi di Pulau Laut. Sedangkan di sektor konstruksi dan properti, UFS memiliki anak usaha yang berbasis di Singapura yaitu Poh Lian Construction Pte Ltd (PLC). Harga saham DSSA pada penutupan perdagangan Senin (2/4) tak beranjak dari posisi Rp 13.500 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri