KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit yang tumbuh dobel digit menyebabkan bank mengurangi dana di instrumen surat berharga, termasuk surat utang negara (SUN) dan sukuk negara. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan bank pada total surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 481,33 triliun pada akhir Desember 2018. Kepemilikan ini turun 7,66% dari posisi awal 2018 yang masih mencapai Rp 521,28 triliun. Ini adalah kepemilikan SUN dan sukuk negara oleh bank konvensional dan bank syariah. Kepala Ekonom BCA David Sumual memproyeksi penurunan penempatan dana bank di surat berharga masih akan berlanjut tahun ini. Lantaran permintaan kredit masih akan deras sepanjang 2019. David memproyeksi kredit perbankan tumbuh berkisar 10%-13% sepanjang 2019. OJK juga memproyeksi kredit tumbuh 12%-13% di tahun ini.
Porsi kepemilikan bank pada surat berharga menurun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit yang tumbuh dobel digit menyebabkan bank mengurangi dana di instrumen surat berharga, termasuk surat utang negara (SUN) dan sukuk negara. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan bank pada total surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 481,33 triliun pada akhir Desember 2018. Kepemilikan ini turun 7,66% dari posisi awal 2018 yang masih mencapai Rp 521,28 triliun. Ini adalah kepemilikan SUN dan sukuk negara oleh bank konvensional dan bank syariah. Kepala Ekonom BCA David Sumual memproyeksi penurunan penempatan dana bank di surat berharga masih akan berlanjut tahun ini. Lantaran permintaan kredit masih akan deras sepanjang 2019. David memproyeksi kredit perbankan tumbuh berkisar 10%-13% sepanjang 2019. OJK juga memproyeksi kredit tumbuh 12%-13% di tahun ini.