Porsi kredit mikro bank swasta tergerus, ini komentar bankir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Porsi kredit mikro bank swasta tergerus. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) Agustus 2018 yang dirilis Selasa (23/10), porsi kredit bank swasta juga turun dari 7,6% ke 7,4%. Meskipun porsinya turun, secara pertumbuhan kredit mikro bank swasta masih tumbuh 16% yoy menjadi Rp 16,7 triliun.

Perlambatan kredit mikro bank swasta ini juga terjadi di dua bank yaitu PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.

Bahkan jika dilihat dari data dari awal 2017 sampai kuartal III-2018 tren penurunan kredit Bank Danamon dan BTPN ini tercatat semakin dalam. Bahkan tren penurunan ini konsisten dari kuartal IV-2017 sampai kuartal III-2018.


Bank Danamon misalnya, sampai akhir 2017 lalu mencatat penurunan kredit mikro atau bisnis danamon simpan pinjam 12% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 6,7 triliun. Penurunan ini terus berlanjut di 2018 baik kuartal I, kuartal II, kuartal III.

Pada kuartal I-2018 bisnis mikro Bank Danamon turun lagi 40% yoy, di kuartal II turun 47% dan di kuartal III-2018 turun 58% yoy menjadi hanya Rp 3,2 triliun.

Penurunan kredit mikro juga terjadi di BTPN. Sama seperti Bank Danamon, penurunan kredt mikro BTPN ini terjadi dari akhir 2017 sampai kuartal III-2018.

Bahkan penurunan ini makin lama makin dalam. Sampai kuartal III-2018 penurunan kredit mikro BTPN sebesar 43% yoy menjadi Rp 3,5 triliun.

Satinder Pal Singh Ahluwalia, Direktur Bank Danamon mengatakan, sejak tiga tahun lalu, manajemen memutuskan untuk tidak ingin fokus ke mikro.

“(Sebagai kompensasi) Bisnis lain harus tumbuh,” kata Satinder, Rabu (24/10). 

Untuk mengompensasi penurunan kredit mikro ini Bank Danamon fokus ke kredit lain seperti UKM, konsumer seperti KPA.

Nah untuk sektor yang menjadi fokus Bank Danamon sejak 2017, menurut Satinder sudah mulai tumbuh. Bank Danamon mengatakan realisasi kredit mikro diproyeksi akan habis pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi