Porsi Kredit Perbankan di Sektor UMKM Kompak Menyusut



 

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit UMKM yang telah menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir telah berdampak pada porsi portofolio kredit di sektor tersebut. Porsi kredit UMKM yang dimiliki bank, dalam hal ini utamanya bank KBMI 4, terlihat mengalami penyusutan.

Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang mengalami perubahan komposisi portofolio kreditnya per semester I-2024. Dalam setahun, porsi segmen kredit kecil turun dari 18,9% ke 17,4%, sementara segmen kredit mikro turun dari 48,1% ke 46,6%.

Di sisi lain, BRI yang memiliki karakteristik bank UMKM justru terlihat kian meningkatkan porsi kredit korporasi yang dimiliki. Pada periode yang sama, kontribusi kredit segmen korporasi menjadi 18%, naik dari periode sama tahun lalu yang berkontribusi sekitar 15,5%.


Hal yang sama juga turut terjadi pada PT Bank Mandiri Tbk yang saat ini mencatat porsi kredit UKM sekitar 5,38%. Di mana, pada semester I-2023, porsi kredit UKM sedikit lebih tinggi yang berada di level 5,69%, berdasarkan data presentasi bank.

Kondisi serupa terjadi pada PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Bank swasta terbesar di Indonesia ini mencatat porsi kredit UKM kini berada di sekitar 13,7%. Sebagai perbandingan, di periode sama tahun lalu, porsi kredit UKM nya masih di kisaran 14%.

Baca Juga: Optimalkan Penjualan Aset Bermasalah, Pendapatan Recovery Bank Tumbuh di Semester I

Meski demikian, secara nilai sejatinya BCA juga masih mencatatkan pertumbuhan kredit UKM di semester I-2024 sekitar 12,7% secara tahunan (YoY). Nilai kreditnya sepanjang enam bulan pertama tahun ini mencapai Rp 114,4 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyadari, saat ini permintaan kredit dari sektor UMKM tengah lesu. Ini diakibatkan oleh daya beli yang menurun sehingga langkah ekspansif dari UMKM pun turut menurun,

Ia menegaskan bahwa untuk menyalurkan kredit, bank tentu harus melihat kondisi dan situasi makro. Apabila kondisinya sedang tidak mendukung, bank juga boleh untuk tidak agresif ke sektor tersebut.

“Kalau bagus, pencet gas. Kalau memang kurang bagus, permintaan juga gak ada,” ujar Jahja.

Sementara itu, Direktur Utama BRI Sunarso bilang salah satu strategi yang diterapkan oleh BRI adalah selalu melihat potensi dari tiap segmen. Ia bilang, jika memang sedang ada pemburukan kualitas di segmen tertentu, tak perlu dipaksakan untuk tumbuh.

“Jangan memaksakan diri untuk tumbuh di situ. Karena begitu kita kasih kredit, 3 bulan macet, kasih kredit, 6 bulan macet. itu jangan sampai terjadi dan kita harus tetap tumbuh di UMKM tapi sangat selektif,” ujar Sunarso, Kamis (25/7).

Sunarso menambahkan, dalam hal ini, BRI telah memperketat kriteria risk acceptance dan portofolio guideline. Sementara, portofolio kredit yang sudah menjadi aset bank juga dipilah mana yang masih baik dan yang masih kadang bermasalah.

 
BBCA Chart by TradingView

Di sisi lain, Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman menambahkan bahwa dalam mendorong penyaluran kredit, Bank Mandiri mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan memperkuat sistem mitigasi risiko melalui monitoring dan menganalisa risiko pasar serta profil masing-masing debitur. 

Tidak hanya itu, Ali menyebut bank berlogo pita emas ini juga berfokus pada program edukasi keuangan bagi pelaku UMKM agar lebih siap dalam menghadapi dinamika bisnis yang ada, sehingga dapat mengurangi risiko di masa mendatang.

Menurutnya, Bank Mandiri juga menerapkan strategi akuisisi berbasis ekosistem dengan pola closed loop sesuai strategi kewilayahan dengan mengoptimalkan kolaborasi menggarap value chain nasabah wholesale Bank Mandiri dan optimalisasi digital oleh tenaga sales Bank Mandiri guna memberikan percepatan layanan kepada calon debitur dan perluasan akses kredit melalui program referral diikuti dengan edukasi layanan dan transaksi keuangan melalui Mandiri Agen.

“Bank Mandiri juga mengedepankan pendekatan personal dan dukungan langsung kepada nasabah UMKM melalui jaringan cabang kami yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari