KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Porsi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) menurun. Sementara, jumlah kepemilikan SBN oleh investor domestik seperti bank dan institusi keuangan nonbank (IKNB) mayoritas terus bertumbuh. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, porsi investor asing di SBN menurun dari 38% di awal tahun 2020 menjadi 28% per 13 Agustus 2020. Sementara, jumlah kepemilikan Bank Indonesia di SBN naik 96% di Rp 537,15 triliun sejak awal tahun. Di periode yang sama kepemilikan bank di SBN juga naik 60% ke Rp 999,28 triliun.
Baca Juga: Lelang SBSN pekan depan diprediksi akan diminati perbankan Sementara, kepemilikan IKNB di SBN turun tipis 9,73% ke Rp 1.896 triliun. Penurunan kepemilikan IKNB di SBN terjadi karena kepemilikan dana pensiun di SBN menurun 9,5%. Sementara, kepemilikan reksadana dan asuransi di SBN masing-masing naik 9,2% dan 28,5% di periode yang sama. Fikri mengatakan jumlah kepemilikan perbankan di SBN meningkat karena likuiditas mereka yang meningkat di tengah pertumbuhan kredit yang melemah. "Perbankan dituntut untuk dapat margin jika kredit melambat maka mereka cari instrumen yang bisa menambah nilai dana mereka, yaitu di SBN," kata Fikri. Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Soni Wibowo menambahkan sebaliknya, kini BI aktif membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder untuk menambah likuiditas pasar. Menurut Soni, relaksasi Giro Wajib Minimum dan perlambatan pertumbuhan kredit menjadi penyebab perbankan menyalurkan dana ke SBN. Soni menilai pertumbuhan kepemilikan reksadana di SBN tumbuh secara wajar mengingat kupon SBN rata-rata memberikan return 8%. "Cash dari kupon akhirnya dibelikan SBN lagi sehingga kepemilikan reksadana di SBN bisa tetap tumbuh," kata Soni. Namun, tidak seperti yang lain, kepemilikan dana pensiun di SBN yang menurun menurut Fikri karena dana kelolaan dana pensiun yang menurun. Selain itu, penurunan kepemilikan dana pensiun di SBN juga dipengaruhi oleh sifat investasi dana pensiun yang jangka panjang sehingga mereka berinvestasi di saham daripada SBN. Soni menambahkan kepemilikan dana pensiun di SBN terkoreksi karena adanya keperluan likuiditas dan
maturity. Baca Juga: Indeks obligasi menyentuh rekor tertinggi karena BI aktif beli SUN Fikri memproyeksikan minat investor domestik pada SBN ke depan akan semakin tumbuh. Penyebabnya, investor tertarik pada harga obligasi negara yang berpotensi naik.
Fikri memproyeksikan
yield obligasi negara berpotensi menurun. Alhasil, harga obligasi masih bisa tumbuh. Faktor yang mendukung
yield bergerak turun adalah penurunan suku bunga acuan BI. "Suku bunga acuan masih berpotensi kembali menurun di tengah terjadinya deflasi," kata Fikri. Hal ini seiring dengan tren penurunan suku bunga global. Namun penurunan
yield yang signifikan juga membutuhkan peran masuknya dana asing di obligasi negara secara masif. Sayangnya, hingga saat ini persepsi investor asing terhadap obligasi negara belum kembali pulih sejak akhir Februari. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi