KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi pada industri reasuransi di Indonesia meningkat di tahun ini. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2023, jumlah investasi perusahaan reasuransi konvensional meningkat 4,21% secara tahunan atawa
year on year (YoY) menjadi Rp 18,30 triliun, dibandingkan per April tahun lalu sebesar Rp 17,56 triliun. Bila ditelisik, peningkatan nilai investasi ini ditopang oleh instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai Rp 6,13 triliun. Portofolio investasi reasuransi di SBN meningkat 16,53% YoY dibandingkan April 2022 yang sebesar Rp 5,09 triliun. Melihat ini, Pengamat Asuransi sekaligus Dosen Program MM-Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Kapler Marpaung menyebut, kenaikan jumlah dana investasi di perusahaan reasuransi bukan karena pertumbuhan organik atau adanya kenaikan laba ditahan, akan tetapi karena adanya suntikan dana segar dari pemegang saham.
“Beberapa perusahaan reasuransi nasional mengalami penurunan tingkat RBC yang cukup tajam. Nah salah satu cara untuk memperbaiki batas tingkat minimum solvabilitas dalam jangka pendek adalah suntikan modal segar dari pemegang saham atau mengundang investor baru,” kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (28/6).
Baca Juga: Indonesia Re Berupaya Tekan Klaim Asuransi yang Naik, Ini Strateginya Kapler mengatakan, indikator untuk mengukur seberapa menarik investasi di perusahaan reasuransi adalah pergerakan harga saham perusahaan tersebut yang telah melandai di pasar modal. “Indikator kedua tentu kinerja keuangan rata-rata perusahaan reasuransi dalam jangka panjang baik yang sudah lewat atau masa yang akan datang,” imbuh dia. Kapler bilang, proyeksi investasi di industri ini bergantung pada pertumbuhan ekonomi nasional dan global. Menurutnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih positif, tentu permintaan
(demand) akan asuransi dan reasuransi turut naik. “Ini ada beberapa syarat, misalnya seberapa baik pengelolaan risiko dan investasi dilakukan pada perusahaan reasuransi ke depan. Apabila tata kelola semakin baik dan
compliance terhadap peraturan perundangan maka kinerja akan semakin baik dan akan menjadi menarik bagi investor,” tandasnya.
Baca Juga: Indonesia Re Gelar IIC 2023 untuk Dorong Sustainability Perasuransian Kapler menambahkan, industri reasuransi saat ini dalam kondisi yang tidak mudah. Kata dia, di samping karena hasil
underwriting yang minus, juga karena harga premi reasuransi global yang naik. “Pelaku reasuransi dan regulator sudah menghadapi dampak covid-19 dan krisis keuangan global. Dan OJK pun telah mempersiapkan dan membuat berbagai kebijakan dan peraturan baru untuk menciptakan industri asuransi/reasuransi nasional semakin baik dan sehat serta kuat,” tambahnya. PT Reasuransi Maipark Indonesia mencatat kinerja investasi menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan di sepanjang tahun 2022. “Kinerja investasi Maipark tahun 2022 bagus di angka sekitar hampir Rp 19 miliar, meningkat 5,21% (YoY) dari tahun 2021,” ujar Direktur Teknik Reasuransi Maipark, Heddy Agus Pritasa kepada Kontan.
Baca Juga: Awas, Utang Klaim Asuransi Umum Merangsek Naik Heddy menjelaskan, pihaknya merupakan perusahaan reasuransi yang bergerak di bidang usaha risiko bencana. Untuk itu, kata dia, diperlukan kekuatan likuiditas yang prima sehingga investasi ditempatkan pada instrumen likuid. “Seperti
time deposit 54%, SBN 20% dan pasar uang 14%, Sisanya lain-lain. Secara net, imbal hasil
time deposit sekitar 2,8%, lalu SBN sekitar hampir 6% dan pasar uang sekitar 4%,” jelasnya. Sementara itu, PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) juga mencatatkan adanya peningkatan jumlah investasi sebesar 6,01% YoY menjadi Rp 5,99 triliun di Maret 2023, dibanding Maret 2022 yang sebesar Rp 5,65 triliun. “Intinya kami bertumbuh, potensi masih ada, kalaupun ada distorsi secara makro
impact dari luar yang menyebabkan distorsi di
return investment kami. Di luar itu penempatan kita semuanya terukur,” ujar Direktur Keuangan Indonesia Re, Maria Elvida Rita Dewi saat ditemui di Jakarta, pekan lalu.
Baca Juga: Utang Klaim Asuransi Umum Meningkat 22,94% per April, Begini Penjelasannya Jumlah investasi perusahaan reasuransi pelat merah ini ditopang oleh instrumen investasi SBN RI yang meningkat 11,66% YoY menjadi Rp 1,34 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,20 triliun.
“Porsi kami masih sangat aman, terbesar di obligasi pemerintah, kemudian di deposito pada bank-bank yang bagus, kebanyakan di bank Himbara,” terang Vida. Vida menambahkan, imbal hasil dari investasi tersebut disesuaikan dengan pola kewajiban Indonesia Re. Dia menyebut, imbal hasil tersebut harus mampu menutup
liability. "Kalau kita berinvestasi harus mengikuti pola LDI (liability driven investment) kita mengikuti liability,” pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati