Poseidon, drone bawah air Rusia berjulukan senjata nuklir hari kiamat



KONTAN.CO.ID - Dalam konferensi pers tahunan, Kamis (17/12), Presiden Vladimir Putin juga menyampaikan perkembangan pengerjaan sejumlah proyek senjata strategis Rusia. Salah satunya, Poseidon. 

"Poseidon (kendaraan bawah air tak berawak bertenaga nuklir), pekerjaannya berjalan dengan baik," kata Putin seperti dikutip kantor berita TASS.

Rusia sedang membangun drone berbentuk seperti torpedo raksasa untuk membawa hulu ledak nuklir seberat hingga dua megaton. Analis senjata menyebutnya sebagai "senjata nuklir hari kiamat". 


Mendapat dukungan reaktor nuklir kecil, Poseidon memiliki jangkauan 10.000 kilometer untuk mengarungi lautan dunia. Meluncur dari Laut Barents atau perairan lain di Kutub Utara, drone bawah air itu bisa melintasi Atlantik Utara. 

Jika diledakkan di lepas pantai Timur Amerika Serikat (AS), hulu ledak nuklir yang Poseidon bawa bisa menciptakan gelombang tsunami setinggi puluhan meter di samping kerusakan yang disebabkan oleh ledakan nuklir itu sendiri.

Baca Juga: Bisa jangkau Amerika, rudal balistik Sarmat Rusia siap robek semua sistem pertahanan

Itu sebabnya, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Kontrol Senjata pada Juli lalu mengatakan, Rusia harus berhenti mengembangkan Poseidon. Dia melihat Poseidon sebagai "konsep mengerikan".

September lalu, Rusia menguji Poseidon di perairan Kutub Utara. Melansir The Moscow Times, drone bawah air bertenaga nuklir itu akan menjalani uji coba dan meluncur dari kapal selam Belgorod.

Menghancurkan kapal induk

Pada Maret 2019, Putin mengungkapkan, Poseidon dilengkapi dengan muatan konvensional dan nuklir serta bisa menghancurkan fasilitas infrastruktur musuh, kapal induk, dan target lainnya.

Pada Juli 2019, Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang menunjukkan fasilitas tempat drone itu dirakit, dan sebuah film animasi yang menunjukkan bagaimana drone digunakan dalam situasi perang yang sebenarnya.

“Drone memiliki beberapa keunggulan. Kapal selam dengan awak di atas kapal, tentu saja, adalah senjata yang kuat, tetapi ada batasan tertentu pada faktor manusia," kata mantan Kolonel Direktorat Intelijen Utama (GRU) Rusia Alexander Zhilin. 

Baca Juga: Admiral Essen, kapal perang Rusia dengan aneka senjata mematikan

Editor: S.S. Kurniawan