Posisi investasi Jepang di Indonesia sulit digeser



JAKARTA. Posisi investasi Jepang di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Firmanzah menyebutkan, pada kuartal III-2013, Jepang menjadi negara asal investasi pertama di Indonesia. Realisasi investasi dari Jepang mencapai mencapai US$ 3,6 miliar atau 17,2% dari total PMA.Melihat kondisi itu, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah memprediksi, posisi investasi Jepang di Indonesia sulit digeser oleh negara lain. Ia bilang, sejumlah investasi pengusaha Jepang di bidang infrastruktur, ketenagalistrikan, geothermal, industri manufaktur, transportasi umum, industri jasa keuangan, ritel serta industri pengolahan lainnya banyak yang sudah dilakukan di Indonesia.Kondisi tersebut menguntungkan Indonesia karena dapat memperkuat struktur industri nasional dan penguatan daya saing nasional di masa mendatang. Karena itu, ia berharap dunia usaha lokal juga dapat menarik manfaat dari tren investasi Jepang di Indonesia.

Dia menjelaskan, peningkatan kerjasama ekonomi, khususnya perdagangan dan investasi antara Indonesia-Jepang menjadi momentum yang tepat bagi pengusaha lokal untuk memanfaatkannya. Pasalnya, peningkatan nilai investasi pengusaha Jepang ke Tanah Air membuka peluang besar untuk meningkatkan kemitraan dengan pengusaha lokal."Ini peluang bagi dunia usaha lokal untuk menarik manfaat dari tren investasi Jepang di Indonesia. Sebab kerjasama ini berpotensi meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri," tuturnya.Firmanzah mendorong sejumlah organisasi pengusaha, baik itu yang tergabung di Kadin, Apindo, dan Hipmi serta asosiasi pengusaha lainnya, agar proaktif mencari mitra strategis untuk mengisi struktur industri mereka, baik itu tingkat industri dasar, menengah maupun di industri hilir.Menurut Guru Besar Ekonomi Universitas Indoensia ini, ekspansi perusahaan Jepang dalam bentuk foreign direct investment itu sejalan dengan kepentingan Indonesia memperbesar investasi di bidang infrastruktur dan sektor riil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie