NEW YORK. Alarma bahaya kembali berdering bagi bank investasi di Amerika Serikat (AS). Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, meminta JP Morgan Chase dan Goldman Sachs memperbaiki proposal proyeksi kerugian dan pendapatan mereka paling lambat September 2013. Tujuannya menunjang permodalan dua bank investasi besar tersebut. Keputusan ini merupakan hasil stress test tahunan yang dilakukan The Fed terhadap 18 bank terbesar AS. Fokus utama tes tersebut adalah mengetahui ketahanan perbankan dalam mengatasi tekanan dan biaya yang muncul akibat resesi. Ujung-ujungnya, memastikan perbankan tak membahayakan sistem perekonomian. Maklum, pemerintah AS tidak ingin krisis keuangan tahun 2008 terulang gara-garanya kolaps bank investasi di negara itu. Tes juga mengukur kelayakan bank untuk meningkatkan pembagian dividen, pembayaran kuartalan yang diberikan kepada pemegang saham atau pembelian kembali saham (buyback) melebihi porsi yang direncanakan.
Berdasarkan tes itu, Jp Morgan dan Goldman memiliki kelemahan dalam permodalan. Pada skenario terburuk rasio modal inti (Tier 1) Goldman Sachs tinggal 5,26% dan JP Morgan 5,56%. Ini menempati posisi dua terendah dari bank-bank lain yang proposal permodalannya disetujui. Modal ini juga dibawah standar yang ditetapkan. The Fed menghitung skenario resesi yang dalam dengan tingkat pengangguran mencapai 12,1%, maka 18 bank besar AS akan membukukan kerugian US$ 462 miliar setelah sembilan kuartal. Rata-rata modal inti akan turun dari 11,1% pada kuartal tiga 2012 menjadi 6,6% pada kuartal keempat 2014. Dalam skenario tersebut, 18 bank akan merugi US$ 316,6 miliar dari surat utang yang dimiliki. Kerugian terbesar dicatatkan Bank of America sebesar US$ 57,5 miliar dan diikuti Citibank US$ 54,5 miliar. Kemudian, JP Morgan dan Well Fargo & Co yang masing-masing merugi US$ 54 miliar. Izin meningkatkan dividenbr />