Positifnya data ekonomi AS menginjak rupiah



JAKARTA. Perhatian pasar yang tertuju pada sajian data tenaga kerja Amerika Serikat baik swasta maupun pemerintah menyedot kekuatan mata uang lainnya. Salah satu yang masih harus bertekuk lutut di hadapan USD adalah rupiah.

Di pasar spot, Kamis (3/9) posisi rupiah menukik 0,24% terhadap USD ke level Rp 14.170 dibanding hari sebelumnya. Sejalan, nilai rupiah di kurs tengah Bank Indonesia juga merosot 0,23% di level Rp 14.160.

Sri Wahyudi, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjabarkan dominasi faktor eksternal memang menjadi beban utama bagi rupiah. Sentimen negatif terbesar datang dari positifnya suguhan data tenaga kerja AS.


Sebelumnya pada Rabu (2/9) data ADP non-farm payroll menunjukkan pertumbuhan sektor tenaga kerja swasta mencapai 190 ribu dari sebelumnya 186 ribu. “Jadi sinyal yang positif untuk menunggu data pengangguran mingguan AS, data non-farm payroll pemerintah dan tingkat pengangguran bulanan AS,” ujar Wahyudi.

Antisipasi pasar terhadap data tersebut bukan tanpa alasan. Menjelang rapat FOMC pada 16 dan 17 September 2015 mendatang, tentunya pelaku pasar ingin melihat sinyal peluang kenaikan suku bunga dari beberapa indikator ekonomi utama AS seperti tenaga kerja.

Tidak hanya dari AS, liburnya pasar China dalam rangka memperingati berakhirnya perang dunia kedua juga ikut menekan rupiah. “Aset berisiko di Asia tidak dilirik, semua berbondong-bondong pindahkan aset ke safe haven seperti USD,” tambah Wahyudi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto