Postur anggaran 2016 masih fokus ke infrastruktur



JAKARTA. Pemerintah segera mengajukan nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah merampungkan postur anggaran yang akan diajukan dalam nota keuangan tersebut.

Menurut menteri keuangan Bambang Brodjonegoro, postur anggaran yang disusun masih akan fokus pada rencana pembangunan di bidang infrastruktur. Hal itu sesuai dengan rencana alokasi anggaran yang banyak menitikberatkan kebutuhan untuk infrastruktur.

Adapun, total anggaran belanja yang direncanakan mencapai sekitar Rp 2.200 triliun. Jumlah ini lebih tinggi dari target belanja di APBN perubahan tahun 2015, sebesar 1.984,1 triliun.


"Prioritas masih infrastruktur, selain itu energi dan pertanian," ujara Bambang, Senin (6/7) di Istana Negara.

Dalam kesempatan tersebut, Bambang juga bilang dengan target belanja sebesar itu belum bisa dipenuhi dari sisi penerimaan. Karena target penerimaan negara yang diajukan hanya sebesar Rp 1.900 triliun. Jumlah ini naik lebih besar dibandingkan target penerimaan APBN-P 2015 yang sebesar Rp 1.768,9 triliun.

Dengan target penerimaan dan belanja sebesar itu, pemerintah memperkirakan defisit anggaran bisa mencapai 1,9%-2% saja. Dengan defisit sebesar itu, Bambang berharap pembiayaan tahun depan rasionya tidak jauh berbeda dari tahun ini.

Menteri koordinator bidang perekonomian Sofyan Djalil menambahkan, anggaran infrastruktur tahun 2016 nanti akan lebih dai Rp 100 triliun. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat masih menjadi Kementerian yang menerima alokasi untuk infrastruktur terbesar.

Sementara untuk menggenjot target penerimaan, pemerintah sudah menyiapkan berbagai cara. Sofyan tidak mengatakan secara khusus, yang jelas salah satunya adalah menggenjot dari sisi pajak.

Untuk belanja subsidi, pemerintah memperkirakan kebutuhan tahun depan juga akan lebih tinggi. Terutama untuk subsidi elpiji, solar dan listrik. Jumlah subsidi yang dipatok dalam nota keuangan menurut Sofyan sekitar Rp 140 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto