Potensi 17,9 GW listrik dari laut belum tergarap, pemerintah akan lakukan uji coba



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemanfaatan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) untuk ketenagalistrikan masih minim jika dibandingkan dengan potensinya yang jumbo.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, total potensi listrik dari EBT mencapai 417,8 gigawatt (GW). Namun, total pemanfaatannya baru mencapai 10,4 GW atau masih 2,5%.

Dari sejumlah jenis EBT yang dimiliki Indonesia, listrik yang bersumber dari samudera masih 0% alias belum termanfaatkan. Padahal, potensi setrum yang bisa dialirkan dari sumber samudera ini cukup besar yakni mencapai 17,9 GW.


"Samudera, ocean resources kita punya potensi hampir 18 GW tapi masih 0%, belum termanfaatkan," kata Arifin dalam sebuah webinar yang digelar Senin (10/8).

Baca Juga: Ditawarkan mulai 2022, pemerintah bakal eksplorasi 20 wilayah panas bumi

Menurut Arifin, saat ini pihaknya masih melakukan pilot project alias uji coba di beberapa lokasi. Kata dia, hal ini penting untuk menghitung keekonomian proyek listrik dari energi laut ini.

"Ada beberapa lokasi kita lakukan uji coba. Kita lakukan uji coba, pilot dulu, untuk bisa meningkat kalau sudah bisa menghitung keekonomiannya," jelas Arifin.

Dalam paparannya, ada dua teknologi yang sedang dikaji dan diuji coba untuk memanfaatkan energi samudera menjadi listrik. Pertama, teknologi gelombang laut.

Penggunaan teknologi ini melalui Oscillating Water Column (OWC) berpeluang ditempatkan di perairan selatan Enggano. Sedangkan teknologi gelombang laut menggunakan heaving device berpotensi di wilayah Mentawai.

Kedua, teknologi energi panas laut atau Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) di perairan Bali Utara. Balitbang ESDM pun sudah melakukan feasibilty study (FS).

FS tersebut dilakukan pada teknologi arus laut di Selat Alas antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Juga dilakukan di Selat Sape (antara Pulau Sumbawa dan Pulau Komodo), dan Selat Pantar (antara Pulau Pantar dan Pulau Alor).

Pemanfaatan EBT dari jenis lainnya pun terhitung masih minim. Dari panas bumi misalnya, yang termanfaatkan baru 2.130,7 Megawatt (MW) atau 8,9% dibandingkan potensi yang sebesar 23,9 GW.

Selanjutnya, Bioenergi yang memiliki potensi 32,6 GW namun total pemanfaatannya baru 1.895,7 MW atau 5,8%. Potensi listrik dari angin lebih besar lagi yakni 60,6 GW namun pemanfaatannya baru 0,25% atau 154,3 MW.

Begitu juga dengan potensi listrik dari hidro yang mencapai 75 GW namun baru 8,1% atau 6.078,4 MW yang termanfaatkan. Terbesar adalah potensi dari energi surya yang mencapai 207,8 GW namun pemanfaatannya masih kecil, yakni baru 0,07% atau 150,2 Megawatt peak (MWp).

Kendati demikian, Arifin memastikan pengembangan listrik dari EBT terus berlanjut. Dia pun menyoroti pentingnya pemanfaatan bioenergi tidak hanya sebagai sumber listrik namun juga pengganti minyak dan gas.

Salah satu pengembangan bioenergi ialah melalui diresmikannya pabrik katalis merah putih di Bandung beberapa waktu lalu. "Bioenergi sangat penting ke depan, terutama nanti kalau minyak habis, gas juga. Bio energi ini adalah salah satu andalan kita. Kita jangan berpikir sekarang, tapi ke depan pada saat minyak mahal, kita akan memanfaatkan bio resources ini," imbuh Arifin.

Baca Juga: Ini penyebab lelang pembangkit EBT masih menemui kendala

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat