Potensi Besar, Kabupaten Biak Numfor Berharap Bisa Ekspor Ikan Secara Langsung



KONTAN.CO.ID -  Selain mempunyai potensi mineral, seperti emas, tembaga, dan sebagainya, Papua juga menyimpan potensi besar bidang perikanan laut. Salah satunya, ada di Biak Numfor, Papua, wilayah kepulauan yang memiliki lokasi strategis karena berbatasan dengan Samudera Pasifik. 

Menurut Bupati Biak Numfor, Herry Ario Naap, laut di Teluk Cendrawasih ini, punya potensi produksi ikan tuna, jenis yellow fin sebanyak 1,1 juta ton setahun. Acapkali pula, nelayan mendapatkan blue fin, meski tidak banyak. Salah satu blue fin yang mereka dapat, berbobot 158 kilogram.  

"Kalau mampu ekspor antara 600 ribu ton sampai 800 ribu ton per tahun, maka bisa menghasilkan devisa senilai Rp 17 triliun setahun," ujarnya dalam acara Road to Indonesia Development Forum 2023 yang diselenggarakan Kementerian PPN Bappenas, di Biak Numfor, Papua. 


Sejak tahun 2020, kata Herry, mereka sudah mengekspor ikan tuna ke berbagai tujuan, seperti Jepang, China, dan Amerika. Hanya saja, selama ini, pengiriman ekspor tersebut disesuaikan dengan alokasi tempat di kargo. "Jadi, masih bergantung jumlah penumpangnya, lantas sisa tempatnya untuk mengirim ikan," jelasnya. 

Perjalanan ikan yang diekspor pun cukup panjang, karena dari Biak, ke Jakarta dulu, baru ke negara tujuan ekspor. "Kami berharap, suatu saat bisa ekspor langsung dari Biak ke negara tujuan," kata Herry, yang juga berharap, berbagai stakeholder bisa menurunkan biaya ekspor dari daerahnya, sehingga manfaat sektor perikanan ini bisa lebih dirasakan masyarakat. 

Upaya ekspor ikan tuna ini diyakini bisa membawa dampak positif, menggerakkan ekonomi di Biak Numfor. Pasalnya, menurut Herry, sekitar 70% nelayan di Biak Numfor adalah penduduk asli setempat. "Kami ingin Biak Numfor, jadi lumbung ikan nasional," sambungnya. Selama ini, Kabupaten Biak Numfor sudah memperoleh dana bagi hasil ekspor ikan. 

Baca Juga: Kemkominfo Ingatkan Resiko AI di Tahun Politik Rawan Disalahgunakan

Saat ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membangun cold storage, dermaga tambatan kapal, pabrik es batu, dan fasilitas terkait perikanan lain di Desa Samber-Binyeri, Biak Numfor, dengan anggaran Rp 22 miliar. 

Amalia Adininggar Widyasanti, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan, tahun ini, Indonesia Development Forum diselenggarakan di Biak Numfor, Papua, karena terkait dengan potensi blue economy (ekonomi biru) yang belum digarap maksimal di Indonesia, terutama di Papua.

"Ekonomi biru bisa jadi kunci transformasi ekonomi Papua," ujarnya. Di lain pihak, tema pembangunan untuk masa depan Biak Numfor adalah mendukung kekuatan maritim, jadi hal itu selaras dengan tema ekonomi biru. 

Peluang ekonomi biru, termasuk yang sedang digarap di Biak Numfor, memiliki aspek lintas sektor, bukan sebatas perikanan saja.

"Jadi, bersama-sama menggali potensi laut yang dimiliki," ujar Amalia, sembari menyebut peluang ekonomi biru misalnya pariwisata, industri makanan laut, perhiasan, blue biotech. "Termasuk menggarap potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di laut, seperti pembangkit tenaga angin dan arus laut," sambungnya. 

Paradigma ekonomi biru ke depan, menurut Amalia, harus inklusif dan berkelanjutan. "Inklusif artinya bisa memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat, dan berkelanjutan, yakni harus ramah lingkungan, tidak merusak," jelas Amalia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendrika