Potensi besar, pasar komoditas agrikultur mulai dilirik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar komoditas agrikultur di dunia terus berkembang dan masih dilirik pelaku pasar. Nah, Indonesia yang kaya akan produk agrikulturnya, bisa jadi pasar komoditas agrikultur terbesar.

Teddy Prasetya, CEO PT Rifan Financindo Berjangka melihat secara teori Indonesia sangat kaya akan produk agrikulturnya. Sehingga potensi untuk memperdagangkan komoditas agrikultur di bursa komoditas sangatlah besar dibanding logam mulia dan energi.

“Secara teori potensi besar, tetapi untuk menjaga likuiditas komoditas terutama produk multilateral menjadi PR sampai sekarang,” ujar Teddy kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).


Dia menambahkan, selama likuiditas rendah atau sulit bagi investor untuk melakukan transaksi di produk komoditas termasuk agrikultur maka potensi pasar dan permintaan akan menurun. Atau bisa dibilang tak cukup menarik untuk dilirik.

“Karena berbeda dengan produk bilateral yang ada pedagang sebagai standby buyer atau standby seller. Likuiditas produk bilateral tinggi sehingga tidak ada risiko di pasar,” tandasnya.

Hingga saat ini, Rifan memperdagangkan komoditas agrikultur kopi dan minyak goreng (olein). Teddy menyebut persentasi penjualan olein dan kopi hingga kini capai 30%-an di pasar.

Sama halnya dengan Indonesia Commodity and Derivatives Exchanges (ICDX) yang tertarik dengan pasar komoditas agrikultur. 

Anang E. Wicaksono, Manager Learning Center Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) bilang adanya pasar dan permintaan untuk komoditas agrikultur merupakan kebutuhan pelaku pasar.

“Secara potensi, pasar komoditas agrikultur di Indonesia sangat besar. ICDX pun sudah menyiapkan fasilitas, sistem, dan produk yang akan diperdagangkan. Tinggal tunggu ketok palu dengan Bappebti untuk perdagangan di bursa komoditi,” sebut Anang.

Anang mengatakan proses perizinan untuk pasar komoditas agrikultur nusantara telah berjalan. Produk perkebunan yang pasti disiapkan yakni lada, karet dan jagung. Beberapa pelaku pasar komoditas sudah ada, dan permintaan fisik banyak dari Sumatra Selatan.

“Kalau pelaku pasar komoditas agrikultur lebih spesifik dibanding logam dan energi. Kalau bicara persentase masih tunggu perizinan dahulu. Tetapi target awal, peminat dan pedagang yang masuk untuk pasar agrikultur 20%,” imbuh Anang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi