Potensi Bisnis Bank di Tanah Air Besar, Investor Asing Merangsek Masuk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang akusisisi bank lokal oleh investor asing masih terus berlanjut. Asing tampaknya semakin tertarik ikut meramaikan bisnis bank digital di Tanah Air dengan masuk  melalui bank-bank kecil. 

Terbaru, ada ZA Tech Global Limited (ZA Tech) yang akan masuk jadi investor strategis PT Bank Aladin Syariah Tbk.Perusahaan insurtech asal China ini akan melenggang ke bank digital tersebut lewat rights issue yang akan digelar tahun ini.  

Dyota Marsudi, Presiden Direktur Bank Aladin pada Rabu (6/4) mengatakan, kolaborasi dengan ZA Tech dilakukan untuk mendukung transformasi digital perusahaan asuransi, mempercepat adopsi InsurTech di Indonesia.


ZA Tech berbasis di Hong Kong yang didikan oleh ZA International pada tahun 2018 dan didukung Vision Fund Softbank. Sementara ZA International merupakan anak usaha  ZhongAn Online P & C Insurance Co, Ltd., perusahaan InsurTech online pertama di Tiongkok, yang mengeksplorasi pengembangan bisnis internasional dan peluang investasi di bidang FinTech dan InsurTech di pasar luar negeri.

ZhongAn Online P & C Insurance didikan oleh tiga konglomerat China yakni Jack Ma dari Alibaba, Pony Ma dari Tencent, dan Mingzhe Ma dari Ping An Insurance.

Sebelumnya, sudah ada sejumlah investor asing yang masuk ke bank lokal untuk tujuan mengembangkan bank digital. Sea Group, induk dari e-commerce Shoppe, telah mengambilalih Seabank Indonesia, dulunya bernama Bank Kesejahteraan Ekonomi. 

Lalu, FinAccel Pte Ltd melalui anak usahanya FinAccel Teknologi Indonesia tengah dalam proses merampungkan akuisisi 75% saham Bank PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI), setelah sebelum telah mencaplok 40%. Fintech WeeLab asal Hong Kong telah mengakuisi 24% saham Bank Jasa Jakarta dan Akulaku telah jadi pengendali PT Bank Neo Commerce Tbk dengan kepemilikan saham 24,9%. 

Investor asal Singapura, yakni Singtel Alpha Investment dan Grab Holding Limited, masuk mengakuisisi PT Bank Fama Internasional. Masing-masing mengambil alih 16,26% saham bank tersebut.

Cengkeraman investor asing di industri perbankan Indonesia masih berpotensi semakin kuat. Aturan konsolidasi perbankan yang mengharuskan bank punya modal inti minimal Rp 3 triliun pada akhir 2022, membuat bank-bank kecil harus mencari investor strategis untuk membantu penguatan modal. 

Dari penelusuran KONTAN, masih ada belasan bank swasta nasional yang modal intinya masih dibawah Rp 3 triliun. PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) merupakan salah satu bank yang masih belum mencapai ketentuan itu. Bank ini akan melakukan rights issue tahun ini dengan mengadalkan serapan dari pemegang saham eksistingnya.

"Sejauh ini belum ada rencana Bank Ina untuk mengundang investor strategis," kata Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu pada KONTAN,  Rabu (6/4). Per Desember 2021, modal inti Bank Ina mencapai Rp 2,32 triliun.

Menurut Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, maraknya investor asing menunjukkan Indonesia masih menarik bagi investor dan pasar keuangan Indonesia masih prospektif. 

Dia menilai kehadiran investor asing itu mmebawa dampak positif karena akan memperkuat permodalan bank lokal dan membawa teknologi baru ke Indonesia yang dapat dipelajari dan dimanfaatkan oleh kalangan bankir domestik.

Namun, ada juga mudaratnya. “Investor asing umumnya juga membawa tenaga ahli dari negaranya sehingga prospek SDM Indonesia untuk mengisi posisi strategis semakin terbatas,” ujar Trioksa pada KONTAN, Kamis (7/4). 

Hal lan yang juga perlu diperhatikan, lanjut Trioksa, jangan sampai penanaman modal dari investor asing hanya bersifat sementara. Investasi tersebut harus bisa dipertahankan dalam jangka panjang.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, fenomena masuknya investor asing ke sektor perbankan Indonesia bukan suatu yang baru. Minat asing untuk masuk tinggi karena perbankan di Tanah Air masih menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi.

“Sehingga wajar kalau investor asing tertarik untuk masuk ke Indonesia. Apalagi sekarang ada peluang baru yakni bank digital,” kata Piter. 

Dia memandang, masuknya asing akan berdampak positif karena akan membawa modal, teknologi baru serta SDM dan budaya kerja yang lebih baik. Selain itu, tambahnya, kehadiran investor asing juga akan memicu persaingan yang akan berdampak baik terhadap efisiensi perbankan dan pada akhirnya menguntungkan nasabah.

Sementara mudaratnya menurut Piter tidak signifikan. Pasalnya, investor asing, termasuk bank asing itu diawasi secara ketat oleh otoritas Indonesia mulai dari OJK, BI, Kemenkeu dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini