KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran kasus cacar monyet atau monkeypox semakin mengkhawatirkan. Melansir
The Straits Times, Lebih dari 16.000 kasus cacar monyet telah terdeteksi di lebih dari 75 negara, naik dari sekitar 3.000 pada akhir Juni. Pada 23 Juli, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Ini adalah seruan tindakan yang paling mungkin dilakukan oleh organisasi global, menandakan urgensi dan skala baru untuk penyakit yang sebelumnya terbatas di Afrika barat dan tengah. Salah satu negara tetangga dekat Indonesia, Singapura, sudah mendeteksi adanya 9 kasus cacar monyet.
Lantas, bagaimana dengan kasus cacar monyet di Indonesia?
Ada potensi cacar monyet masuk Indonesia
Melansir
Kompas.com, Kementerian Kesehatan menegaskan, hingga saat ini, belum ada kasus cacar monyet di Indonesia. Namun, Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, seluruh pihak harus tetap waspada karena potensi penyakit cacar monyet (monkeypox) untuk masuk ke Indonesia tetap ada. "Jadi, bahwa dia ada di Indonesia, sekali lagi saya sampaikan potensinya jelas ada," kata Dicky saat dihubungi
Kompas.com, Selasa (26/7/2022).
Baca Juga: Epidemiolog: Kelompok Berisiko Cacar Monyet Ada di Kelompok Penyuka Sejenis "Apa lagi sudah dari awal Januari bahkan. Di Amerika sendiri sebetulnya sudah lebih awal dideteksi," lanjut Dicky. Menurut Dicky, cepatnya penyebaran cacar monyet karena arus mobilitas interaksi manusia yang luar biasa cepat di masa kini, walaupun masih dalam suasana pandemi Covid-19. Faktor itu, kata Dicky, membuat potensi penyebaran cacar monyet di dunia, termasuk Indonesia, menjadi sangat besar. Di sisi lain, lanjut Dicky, cacar monyet memiliki masa inkubasi yang panjang, yaitu mencapai tiga pekan. Karena masa inkubasi yang panjang itu membuat orang terinfeksi masih bisa bepergian dan tidak terdeteksi karena gejala cacar monyet itu belum muncul.
Baca Juga: Peringatan untuk Negara Tetangga, Singapura Konfirmasi 2 Kasus Cacar Monyet Lagi Secara terpisah, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen dari sembilan pasien dengan status suspek cacar monyet di Indonesia semuanya negatif. Tidak ada yang terkonfirmasi positif mengidap penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus tersebut. "Sampai saat ini sudah ada suspeknya sekitar sembilan pasien, tersebar di seluruh Indonesia, tetapi kita sudah tes di Jakarta dan semuanya menunjukkan hasil negatif," kata Budi selepas Peluncuran Platform SatuSehat di Hotel Raflles Jakarta, Selasa (26/7/2022). Budi mengatakan, pemerintah telah menyediakan reagen untuk pemeriksaan RT-PCR guna mendeteksi virus penyebab penyakit cacar monyet di laboratorium-laboratorium. Menurut dia, virus penyebab penyakit cacar monyet lebih mudah dikenali dibandingkan virus corona tipe SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Baca Juga: Berstatus Darurat Global, Ini 5 Fakta Menyeramkan Cacar Monyet "Karena virus monkeypox (cacar monyet) lebih besar (ukurannya) dibandingkan SARS-CoV-2," kata dia. "Selain itu, gejala bisa dilihat dari yang timbul di permukaan kulit, seperti lesi (bintik kecil berisi cairan) di tangan maupun wajah, perubahan warna kulit menjadi kemerahan, hingga pembengkakan di area selangkangan," ujar Budi. Budi juga mengatakan bahwa penyakit cacar monyet umumnya dialami oleh kelompok masyarakat tertentu, termasuk di antaranya kelompok pria penyuka sesama jenis.
"Memang penularannya relatif tinggi, sama seperti HIV/AIDS," kata dia. Kementerian Kesehatan mengaktifkan sistem surveilans dan melakukan pemantauan pada kelompok yang rentan tertular cacar monyet guna mencegah penularan penyakit tersebut. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "
Potensi Cacar Monyet Masuk Indonesia Tetap Terbuka, Warga Diminta Waspada" Penulis : Aryo Putranto Saptohutomo Editor : Aryo Putranto Saptohutomo Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie