KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham berkapitalisasi besar (
big caps) mendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) yang sempat lesu pada pekan kedua Oktober lalu.
Big caps yang perkasa sekaligus membawa indikasi
window dressing menjelang akhir tahun. Penguatan saham-saham
big caps tak lepas dari dorongan aksi pembelian bersih investor asing senilai lebih dari Rp 1 triliun selama pekan lalu. Bersamaan dengan optimisme investor terhadap kinerja laporan keuangan kuartal ketiga yang diprediksi dapat melesat. Pasar juga dinilai optimistis menyambut datangnya
window dressing pada akhir tahun ini. "Secara historis Oktober, berlanjut di November, hingga Desember akan mulai terlihat kenaikan harga saham di market," ungkap Financial Expert Ajaib Sekuritas, M. Julian Fadli kepada Kontan.co.id, Selasa (25/10).
Baca Juga: Ditutup di Zona Merah, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Rabu (26/10) Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengingatkan, di tengah ketidakpastian ekonomi yang membayangi, wajar jika pelaku pasar melakukan rotasi sektor secara terbatas. Ketika isu resesi berhembus kencang, pelaku pasar pun akan melirik saham-saham yang bisa tahan banting. "Ini salah satu strategi penting untuk menjaga portofolio agar tetap bagus. Saat menghadapi ketidakpastian, investor mencari sektor yang kebal resesi," ujar Nico. Menimbang momentum saat ini, emiten perbankan menjadi incaran investor dengan ekspektasi laporan keuangan kuartal ketiga 2022 yang mentereng dan katalis dari kenaikan suku bunga. Imbasnya, beberapa saham perbankan juga menembus level
all time high. Seperti yang dialami oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA). Dalam hal ini, Fadli memperkirakan sektor perbankan masih akan menjadi pilihan investor sampai akhir tahun nanti.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.048 Pada Selasa (25/10), Net Buy Asing Rp 297 Miliar Katalis positif bagi sektor perbankan tergambar dari rilis Bank Indonesia terkait pertumbuhan kredit bulan September 2022 yang meningkat 11%. Lebih tinggi dibandingkan posisi bulan Agustus yang sebesar 10,62% secara tahunan. Akselerasi pertumbuhan kredit terjadi pada segmen korporasi maupun rumah tangga akibat melesatnya kinerja korporasi dan daya beli masyarakat. "Mengindikasikan sektor perbankan tetap kokoh di tengah kondisi perekonomian saat ini," tegas Fadli. Kondisi berbeda justru dialami oleh sektor komoditas tambang. Sejumlah saham
big caps di bidang ini sedang menukik, seperti pada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (
PTBA). Fadli memandang katalis negatif bagi emiten di sektor tambang adalah tekanan pada harga komoditas dan aksi
profit taking. Meski begitu, dia menilai koreksi yang terjadi masih wajar mengingat
rally yang terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Reli IHSG Terhenti, Begini Proyeksi Untuk Rabu (26/10) Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga punya pandangan serupa. Menurutnya, koreksi akibat
profit taking pada emiten tambang, terutama batubara wajar terjadi setelah lonjakan puluhan bahkan ratusan persen sejak awal tahun. Emiten batubara dan energi dinilai masih seksi. Terlebih dengan kinerja kuartal ketiga yang ditaksir tetap cemerlang. "Umum terjadi
profit taking di tambang. Valuasi sebetulnya masih murah karena kenaikan pendapatan signifikan oleh meningkatnya komoditas," ujar Wawan.
Baca Juga: IHSG Masih Bisa Tembus All Time High Akhir Tahun 2022 Saham Pilihan Window Dressing
Kondisi pasar saat ini juga menjadi perhatian manajer investasi dan aset manajemen. Senior Vice President Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi melihat potensi peralihan dana asing. Aliran dana asing yang sebelumnya berada di negara-negara yang cukup terekspos konflik Rusia-Ukraina, kini mulai melirik Indonesia sebagai salah satu negara yang bisa bertahan di tengah ketidakpastian global. Dalam momentum saat ini, Reza pun menyoroti,
window dressing berpotensi terjadi di sektor energi dan keuangan. Penguatan sahamnya akan terdorong fenomena
cyclicals akhir tahun, di samping fundamental kuat dan
market leader yang akan jadi incaran beli. Reza bilang, pihaknya melakukan
rebalancing dengan masuk ke saham-saham barang konsumsi primer, infrastruktur, dan energi. "Karena kami melihat akan lebih defensif dan masih bisa memberikan potensi laba yang positif," terang Reza.
Baca Juga: Saham BBCA New All Time High Rp 8.900 Senin (24/10), Kapitalisasi Pasar Rp 1.097 T Sedangkan Direktur Panin Asset Management Rudiyanto berpegang pada statistik di pasar modal yang lebih konsisten mencatat
window dressing terjadi di bulan Desember. Sehingga ia masih berfokus pada strategi
value investasi. "Yaitu membeli saham yang berfundamental baik dan valuasinya murah," ujar dia. Sementara itu, Fadli menyarankan koleksi saham
big caps di tengah optimisme pelaku pasar dan mulai adanya indikasi
window dressing di akhir tahun ini. Lirik saham yang bisa bergerak naik dengan dukungan laporan keuangan dan data ekonomi dalam negeri yang masih positif. Rekomendasi Fadli, beli saham
BMRI dengan target harga di level Rp 10.750 dan
support pada area Rp 10.050. Pertimbangkan
cut loss jika menembus
support kuat di Rp 9.950. Kemudian,
buy BBCA dengan target harga selanjutnya pada level Rp 9.250 dan
support di Rp 8.650. Pertimbangkan
cut loss jika menembus
support kuat di Rp 8.400. Rekomendasi Fadli selanjutnya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM) dengan target pada area
resistance di level Rp 4.580 dan
support pada Rp 4.350. Pelaku pasar disarankan
cut loss jika
break support di bawah level Rp 4.300.
Baca Juga: BMRI Menggeser TLKM, Ini 10 Saham Dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar Wawan juga meyakini, gerak naik saham-saham
big caps akan membawa IHSG melaju di jalur positif hingga bisa menyentuh level 7.400 di akhir tahun 2022.
Saran Wawan, akumulasi saat terjadi koleksi. "Sedangkan untuk
sell on strength disesuaikan kebutuhan likuiditas investor. Jika optimis, disarankan
hold," ujar dia. Adapun saham
big caps jagoan Wawan adalah
BBCA dan
BBRI dengan target masing-masing di Rp 9.250 dan Rp 4.800, lalu
TLKM dengan target harga Rp 4.600. Selain itu, Wawan juga menyarankan pelaku pasar untuk melirik saham PT Astra International Tbk (
ASII) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati