PALEMBANG. Potensi ekspor Indonesia ke pasar alternatif selain Eropa dan Amerika Serikat masih cukup besar. Hal ini perlu digenjot untuk mengurangi dampak krisis global ketika permintaan ekspor dari kedua wilayah itu melemah.Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, mengatakan, Afrika Selatan (Afsel) misalnya menjadi pasar potensial yang lumayan besar untuk digarap. Sebab, sebesar 1,5 juta dari total penduduk sebanyak 54 juta adalah keturunan Indonesia. Pendapatan orang-orang keturunan Indonesia di Afsel rata-rata sekitar US$ 6.000 per tahun. Jika asumsi pendapatan sebesar 30% mereka gunakan untuk membeli produk Indonesia, potensi ekspor produk Indonesia ke Afsel bisa mencapai US$ 2,7 miliar per tahun. Semestinya, menurut asumsi Gita, untuk total potensi perekonomian Indonesia dan Afsel, yang masing-masing nilai perekonomiannya sebesar US$ 820 miliar dan US$ 365 miliar per tahun, bisa mencapai US$ 12 miliar per tahun. Angka itu 1% dari total nilai perekonomian kedua negara. Tapi angka ini masih jauh di bawah total realisasi nilai perdagangan Indonsia dengan Afsel yang saat ini sebesar US$ 1,4 miliar. "Itu artinya, potensi kita masih sangat besar," katanya, Kamis (8/12).Pekerjaan rumah untuk menggenjot ekspor ke pasar potensial seperti Afsel ini tidak mudah. Bahkan, langkah Indonesia bakal kian berat dikala kontraksi ekonomi seperti sekarang terjadi. Eksportir di seluruh dunia akan makin bersaing untuk mencari pasar-pasar baru. Selain harus berebut pasar ekspor, Indonesia juga menjadi incaran untuk alternatif aliran produk yang tak terserap di Eropa maupun AS. Ancaman ini harus di atasi dengan langkah yang struktural dan fundamental. Menurut Gita, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan masyarakat berpendidikan tinggi. Agar makin banyak orang yang ahli dalam berbagai bidang usaha, serta jago bernegosiasi. Kedua, pemerintah harus terus meningkatkan konektivitas terkait infrastruktur, seperti infrastruktur bandara, pelabuhan maupun akses jalan yang memadai. "Ujung-ujungnya langkah ini bertujuan untuk melindungi produk lokal terhadap serbuan produk impor," ujar Gita. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Potensi ekspor ke Afrika Selatan bisa mencapai US$ 12 miliar per tahun
PALEMBANG. Potensi ekspor Indonesia ke pasar alternatif selain Eropa dan Amerika Serikat masih cukup besar. Hal ini perlu digenjot untuk mengurangi dampak krisis global ketika permintaan ekspor dari kedua wilayah itu melemah.Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, mengatakan, Afrika Selatan (Afsel) misalnya menjadi pasar potensial yang lumayan besar untuk digarap. Sebab, sebesar 1,5 juta dari total penduduk sebanyak 54 juta adalah keturunan Indonesia. Pendapatan orang-orang keturunan Indonesia di Afsel rata-rata sekitar US$ 6.000 per tahun. Jika asumsi pendapatan sebesar 30% mereka gunakan untuk membeli produk Indonesia, potensi ekspor produk Indonesia ke Afsel bisa mencapai US$ 2,7 miliar per tahun. Semestinya, menurut asumsi Gita, untuk total potensi perekonomian Indonesia dan Afsel, yang masing-masing nilai perekonomiannya sebesar US$ 820 miliar dan US$ 365 miliar per tahun, bisa mencapai US$ 12 miliar per tahun. Angka itu 1% dari total nilai perekonomian kedua negara. Tapi angka ini masih jauh di bawah total realisasi nilai perdagangan Indonsia dengan Afsel yang saat ini sebesar US$ 1,4 miliar. "Itu artinya, potensi kita masih sangat besar," katanya, Kamis (8/12).Pekerjaan rumah untuk menggenjot ekspor ke pasar potensial seperti Afsel ini tidak mudah. Bahkan, langkah Indonesia bakal kian berat dikala kontraksi ekonomi seperti sekarang terjadi. Eksportir di seluruh dunia akan makin bersaing untuk mencari pasar-pasar baru. Selain harus berebut pasar ekspor, Indonesia juga menjadi incaran untuk alternatif aliran produk yang tak terserap di Eropa maupun AS. Ancaman ini harus di atasi dengan langkah yang struktural dan fundamental. Menurut Gita, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan masyarakat berpendidikan tinggi. Agar makin banyak orang yang ahli dalam berbagai bidang usaha, serta jago bernegosiasi. Kedua, pemerintah harus terus meningkatkan konektivitas terkait infrastruktur, seperti infrastruktur bandara, pelabuhan maupun akses jalan yang memadai. "Ujung-ujungnya langkah ini bertujuan untuk melindungi produk lokal terhadap serbuan produk impor," ujar Gita. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News