Potensi Fee Based Income Perbankan Jumbo dari Transaksi ATM Masih Besar



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Transaksi anjungan tunai mandiri (ATM) perbankan masih tetap tinggi meski tren transaksi digital semakin pesat. Sebagian besar transaksi ATM digunakan untuk melakukan penarikan tunai karena kebutuhan pembayaran tunai di masyarakat masih besar.

Sementara itu, saat ini perbankan lebih mendorong transformasi digital dan tidak lagi melakukan ekspansi penambahan jaringan ATM. Apalagi ada banyak bank yang telah memilih bertransformasi jadi bank digital tanpa layanan ATM.

Kondisi ini tentu bisa jadi peluang bagi bank-bank besar yang punya jaringan ATM luas untuk meningkatkan fee based income dari layanan ATM. Nasabah dari bank lain yang minim atau tak punya ATM akan memanfaatkan jaringan ATM yang tersedia di dekatnya saat membutuhkan tarik tunai. 


Apalagi perusahaan switching juga sudah mulai menghadirkan fasilitas tarik tunai antar bank tanpa kartu, seperti yang dilakukan PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa) selaku pengelola jaringan ATM Bersama. Artajasa telah memfasilitasi CIMB Niaga menjadi first mover Bank Acquirer dan Bank KB Bukopin menjadi first mover Bank Issuer untuk layanan tarik tunai tanpa kartu beda bank ini.

Baca Juga: Kondisi Tak Menentu, Nasabah Tajir Geser Penempatan Dana ke Instrumen Jangka Pendek

Direktur Utama Artajasa M. Ma’ruf mengatakan, pihak akan memperluas inisiatif tarik tunai antara bank di jaringan ATM bersama. “Kami senantiasa mendukung bank-bank untuk mengimplementasikan layanan cardless withdrawal beda bank, sehingga turut mendorong interoperabilitas dalam digitalisasi sistem pembayaran dan meningkatkan jumlah transaksi elektronis di Indonesia," katanya baru-baru ini.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sebagai bank dengan jaringan ATM terbanyak di Tanah Air mencatatkan fee based income yang cukup besar dari transaksi ATM. Kepala Divisi Distribusi dan Jaringan BRI, Aris Hartanto mengatakan, perseroan telah meraup fee based income Rp 520 miliar dari transaksi ATM maupun mesin setor tarik atau cash recycling machine (CRM) sepanjang semester I 2021.

"Saat ini transaksi tarik tunai masih mendominasi transaksi di ATM atau sekitar 90%. Namun demikian, ATM juga menjadi salah satu sumber pendapatan dari fee transaksi," kata Aris pada Kontan.co.id, Selasa (12/7).

Ia menambahkan, total transaksi mesin ATM dan CRM BRI telah mencapai 1,6 miliar transaksi. Sebagian besar transaksi itu masih didominasi jenis transaksi on us atau digunakan oleh nasabah BRI sendiri. Namun, ia tidak merinci berapa besar transaksi off us atau digunakan kartu debit bank lain. Adapun Jumlah ATM/CRM BRI hingga akhir Mei tercatat sebanyak 14.000-an. 

Sementara Bank Mandiri mencatatkan transaksi ATM sepanjang semester I 2022 sebanyak 513 juta dengan volume transaksi Rp 398 triliun. SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengakui bahwa potensi fee based income dari transaksi kartu off us masih ada namun akan cenderung flat mengingat shifting transaksi dari ATM ke mobile banking.

Baca Juga: Sejumlah Bank Tetap Menambah Kantor Cabang Baru

Untuk menjaga FBI per transaksi dari eksisting layanan, Bank Mandiri tetap berupaya untuk menghadirkan terobosan layanan yang memudahkan nasabah dan masyarakat juga dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi bank, misalnya cardless withdrawal yang saat ini telah dapat dilakukan untuk Livin by Mandiri, Linkaja dan iSaku.

"Tarik tunai tanpa kartu itu akan diupayakan untuk dapat di perluas ke pengguna dari penyedia wallet/principal lainnya dengan tetap memperhatikan prinsip kepatuhan dan kehati-hatian terhadap ketentuan regulator," kata Thomas. Adapun total jumlah ATM dan CRM Bank Mandiri saat ini mencapai sekitar 13.000. 

Adapun Bank CIMB Niaga mencatatkan 600 juta transaksi ATM sepanjang 2021. Head of Secured Lending and Retail Deposit Business CIMB Niaga Christian Tjan menyatakan, sekitar 16 juta diantaranya merupakan transaksi off us.  Bank ini tercatat memiliki 4.432 unit mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia.

Editor: Anna Suci Perwitasari