Potensi harga emas bearish tetap terbuka



JAKARTA. Pamor emas memang sedang berkilau seiring ketidakjelasan suku bunga The Fed. Namun, kilau emas berpotensi memudar jika The Fed kembali membahas suku bunga.

Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, emas sudah memanfaatkan karakteristik sebagai safe haven sejak awal tahun ini. Apalagi, di saat suku bunga The Fed semakin tidak jelas. "Pasar semakin sulit melihat arah kebijakan suku bunga The Fed," ujarnya.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, kepemilikan emas di exchange-traded products (ETP) naik 0,4% menjadi 1.610 metrik ton pada Rabu pekan ini atau level tertinggi sejak Mei tahun 2014.


Menurut Yulia, sentimen utama penggerak harga emas adalah spekulasi suku bunga The Fed. Terlihat harga emas mulai naik setelah The Fed membatasi komentar terkait suku bunga meski memandang moderat kondisi ekonomi AS. Investor masih menunggu petunjuk lebih pasti terkait kenaikan suku bunga, sementara komentar pejabat The Fed belum cukup memuaskan.

Meski dalam tren menguat, bukan tidak mungkin emas kembali tergelincir. Pasalnya, The Fed kemungkinan hanya menunda kenaikan suku bunga pada Maret mendatang.

Menurut Yulia, spekulasi kenaikan suku bunga The Fed dapat kembali menguat mengingat masih akan ada beberapa pertemuan lagi tahun ini. Jika The Fed kembali membahas suku bunga, Yulia memprediksi harga emas akan turun ke US$ 1.130 per ons troi.

Mengutip Bloomberg, Kamis (18/2) pukul 17.47 WIB, harga emas kontrak pengiriman April 2016 di Commodity Exchange terkikis 0,48% ke US$ 1.205,5 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Sedangkan dalam sepekan terakhir harga emas tergerus 3,38%.

Goldman Sachs saat ini masih memandang bearish untuk harga emas dan menyarankan investor memegang emas dalam jangka pendek. Proyeksi Goldman, harga emas akan ke level US$ 1.100 per ons troi dalam tiga bulan ke depan dan US$ 1.000 per ons troi dalam dua bulan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto