Potensi harga emas kembali rebound masih terbuka lebar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemilau emas terus memudar dalam beberapa hari terakhir. Setelah mencatatkan level tertingginya di US$ 2.063,54 per ons troi pada 6 Agustus, kini harga emas spot sudah ada di level US$ 1.861,59 per ons troi. Artinya emas sudah mengalami koreksi hingga 9,79%.

Tak berbeda jauh nasibnya, perak juga mencatat pergerakan harga serupa karena sifatnya yang mengikuti pergerakan harga emas. Sempat mencatatkan level tertingginya di US 29,13 pada 10 Agustus, saat ini perak spot sudah turun ke level US$ 22,89 per ons troi. Dengan demikian perak sudah terperosok hingga 21,42% dalam kurun waktu tersebut.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menilai, tanpa mempertimbangkan situasi pandemi dan kondisi ekonomi politik saat ini, periode September secara seasonal memang cenderung kurang baik. Terlebih kondisi saat ini saham Amerika Serikat (AS) sebagai aset berisiko mengalami penurunan kinerja yang anjlok cukup dalam.


“Saham Dow Jones dan S&P terus terpukul telah membuat investor mengambil posisi risk averse. Sayangnya, safe haven yang dilirik investor bukanlah emas, melainkan dolar AS. Tak pelak harga emas menjadi terkoreksi, begitu pun dengan harga perak yang mengekor harga emas,” kata Wahyu ketika dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (26/9).

Baca Juga: Harga emas Antam stabil di Rp 1.006.000 per gram pada Minggu (27/9)

Wahyu mengatakan, penurunan harga emas dan perak saat ini merupakan hal yang wajar. Pasalnya, kedua komoditas ini baru saja menguat dan mencetak rekor, pada akhirnya koreksi hanya menunggu waktu saja. Hal itu lah yang tengah terjadi saat ini.

Sementara dari segi fundamental, Wahyu menjelaskan kondisi emas dan perak belum banyak berubah. Masih seputar sentimen tarik-menarik antara kecemasan pertumbuhan kasus positif virus covid-19, serta harapan perbaikan ekonomi yang disemangati oleh stimulus luar biasa bank sentral AS Federal Reserve.

“Jadi turunnya harga emas dan perak saat Ini lebih kepada perubahan sentimen yang wajar, jelang momentum luar biasa tahun ini, yakni pemilihan presiden AS pada November. Selain itu, kan memang ada saatnya investor istirahat dan taking profit, mungkin saat inilah saatnya bagi mereka untuk koreksi pasar sebelum akhirnya lanjut menguat,” tambah Wahyu.

Baca Juga: Harga emas merosot 4,58% sepekan, investor pilih safe haven yang lain

Penguatan harga emas dan perak juga masih sangat mungkin terjadi. Hal ini dinilai Wahyu lantaran pemerintah AS tidak akan membiarkan bursa saham mereka dibiarkan berlarut-larut terus anjlok. Selain itu, pemerintah AS secara terbuka mengatakan tidak ingin jika dolar AS terlalu kuat. Hal ini tercermin dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menuntut The Fed untuk bisa melemahkan dolar AS.

“Pada akhirnya, dalam jangka menengah dan panjang setidaknya untuk tahun depan, semua masih pro bullish emas dan perak. Saya cukup optimistis November atau Desember nanti bisa terjadi rebound signifikan hingga awal 2021 nanti. Terlebih harapan vaksin tahun depan sudah semakin menguat,” sambung Wahyu.

Wahyu pun memperkirakan harga emas akan berada di kisaran US$ 1.700 per ons troi-US$ 2.000 per ons troi, pada akhir tahun nanti. Sementara untuk perak akan berada di rentang US$ 19 per ons troi-US$ 30 per ons troi. Dia pun merekomendasikan untuk beli ketika harga komoditas tersebut berada di posisi paling rendah.

Baca Juga: Dolar AS jadi safe haven favorit, harga emas semakin meredup

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati