Potensi Industri Sabut Kelapa RI Besar, Tapi Masih Kalah Dengan India dan Sri Lanka



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi Industri sabut kelapa di Indonesia menggiurkan, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Nilai ekspornya masih kalah jauh dengan India dan Sri Lanka.

Ketua Umum Himpuna Sabut Kelapa Indonesia (HIPSKI), Cepi Mangkubumi menyebut hal ini disebabkan karena industri sabut kelapa dalam negeri masih banyak digarap oleh UMKM. Sehingga saat ada permintaan besar banyak dari mereka yang tidak bisa memenuhi pesanan. 

"Jadi harganya juga masih tertinggal jauh jika dibanding dengan India dan Sri Lanka," kata Cepi dalam Agenda Peluncuran Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 di Kantor Bappenas, Senin (30/9). 


Cepi mencontohkan nilai ekspor produk sabut sawit Indonesia pada tahun 2023 hanya mencapai US$ 4 juta, jauh lebih rendah dari capaian India yang sebesar US$ 400 juta dan Sri Lanka yang sebesar USD 170 juta di tahun itu. 

Baca Juga: Pemerintah Siap Benahi Tata Kelola Komoditas Kelapa, Filipina Jadi Contoh

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi kendala, yakni teknologi produksi yang tertinggal, daya saing yang rendah dan akses pasar yang masih terbatas. 

"Pasar utama kita itu masih bergantung di China, maka ini memang perlu marketnya dicarikan alternatif," jelas Cepi. 

Sebelumnya, Staf Ahli Menteri PPN Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur, Leonardo A.A Teguh Sambodo mengakui bahwa tata kelola komoditas kelapa memang belum digarap maksimal. 

Teguh menjelaskan pemanfaatakn kelapa di Indonesia juga masih terbatas pada produksi kopra, yang diolah menjadi minyak kelapa. Padahal, beberapa komponen lain dari kelapa, seperti air kelapa, sabut, dan tempurung kelapa, memiliki nilai ekonomi yang besar namun belum dioptimalkan. 

"Air kelapa saja jika dikumpulkan bisa mencapai 3,6 juta ton, dan jika diekspor bisa bernilai US$ 5,2 miliar atau setara Rp 79,4 triliun, setara dengan ekspor karet," tambah Teguh.

Potensi ekonomi lain yang terbuang dari sabut kelapa dan tempurung kelapa masing-masing diperkirakan mencapai US$ 320 juta (Rp 5,6 triliun) dan US$ 373 juta (Rp 4,8 triliun). Jika dihitung total, potensi ekonomi yang hilang dari komoditas kelapa di Indonesia mencapai Rp 89,8 triliun.

Selanjutnya: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,10% ke Rp 15.140 Per Dolar AS Pada Senin (30/9)

Menarik Dibaca: Promo McD Happy Meal Oktober 2024, Berhadiah Mainan Sepatu Sandal Crocs

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih