Potensi inflasi menyeret rupiah selama sepekan



JAKARTA. Rupiah terus melemah sepekan terakhir. Di pasar spot Jumat (26/7) pasangan USD/IDR ditutup menguat 1,59% menjadi 10.291. Kurs tengah dollar Amerika Serikat (AS) di Bank Indonesia (BI), juga ditutup menguat 1,93% menjadi 10.265 dibanding pekan lalu.

Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto mengatakan, rupiah selama sepekan tertekan tingginya inflasi di dalam negeri. Tekanan berat juga datang dari kekhawatiran pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 yang diperkirakan akan semakin buruk.

Dari sisi global, rupiah juga masih tertekan kemungkinan dipercepatnya proses pengurangan stimulus moneter AS. "Tapi akhir pekan, rupiah bisa menguat akibat penguatan mata uang regional," katanya.


Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan, inflasi yang terus meningkat selama Ramadan dan menjelang lebaran menyebabkan kepercayaan pelaku pasar terhadap rupiah semakin berkurang. Pasar pun menganggap kenaikan BI rate belum memadai dan belum mampu menekan potensi inflasi.

Sebenarnya, dollar AS tertekan dalam beberapa hari terakhir. Hal ini terlihat dari pelemahan dollar AS terhadap beberapa mata uang dunia. "Pasar masih enggan untuk masuk ke emerging market, termasuk Indonesia," kata Ariston. Ariston memprediksi, beberapa data fundamental dalam negeri awal Agustus akan mempengaruhi pergerakan rupiah sepekan ke depan.

Ariston memperkirakan, rupiah akan bergerak 10.180 - 10.400. Rully melihat, rupiah akan melanjutkan pelemahan ke kisaran 10.100 - 10.300 akibat tingginya inflasi dan muramnya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati