Potensi inflasi tak akan ganggu kinerja obligasi



JAKARTA. Pasar obligasi tampak lesu memasuki kuartal II-2017. Tercermin dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pada April lalu. Arus dana masuk atau net inflow asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang April tercatat sebesar Rp 22,6 triliun. Nilai tersebut lebih kecil 27,86% dibanding bulan sbelumnya yang mencapai Rp 31,33 triliun.

Kelesuan tersebut berlanjut pada bulan Mei. Hal ini terlihat pada kinerja indeks obligasi yang pertumbuhannya negatif sebesar -0,04% pada penutup pekan pertama.

Direktur Avrist Asset Management Hanif Mantiq menganggap faktor eksternal seperti rencana kenaikan suku bunga The Fed sebagai biang menurunnya kinerja indeks obligasi. Kebanyakan investor masih menunggu kepastian global, sehingga memilih ambil posisi wait and see, bahkan profit taking.


Ia menilai kondisi makro dalam negeri cukup baik atas besaran kenaikan GDP yang dicapai. Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang baru dirilis Jumat (5/5), menunjukkan peningkatan menyentuh level 5,01% year on year (yoy) pada kuartal I-2017 dari 4,94% yoy tahun 2016 di periode yang sama.

Selain itu, dari segi inflasi periode bulan lalu naik ke level 4,17% yoy. Peningkatan tersebut menyusul adanya kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Kendati demikian, Hanif bilang sepanjang tahun 2017, pasar surat utang akan stabil cenderung tetap positif. Sehingga investor tidak perlu khawatir berlebih, selama stabilitas domestik tetap terjaga.

“Meskipun nanti ada peluang kenaikan inflasi menjelang bulan Ramadan atau Lebaran, efeknya tidak signifikan,” ungkapnya, Jumat (12/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie