Potensi Investasi dari Hilirisasi Batubara Mencapai Rp 522 Triliun Hingga 2040

Potensi Investasi dari Hilirisasi Batubara Mencapai Rp 522 Triliun Hingga 2040


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, mengungkapkan potensi investasi dari proyek hilirisasi batubara sepanjang 2023-2040 mencapai US$ 31,82 miliar atau sekitar Rp 522,64 triliun.

Todotua menjelaskan, ada beberapa potensi hilirisasi batubara yang dapat dilakukan. Namun, pada prinsipnya, konsep utamanya adalah coal regasification, yaitu proses mengubah batubara menjadi produk gas. Setelah batubara berubah menjadi gas, banyak proses lanjutan yang bisa dilakukan.

"Gas hasil regasifikasi ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Berdasarkan data dan pengalaman di industri, batubara tetap menjadi salah satu sumber energi murah hingga saat ini," kata Todotua dalam Mining Forum di Jakarta, Selasa (18/3).


Baca Juga: Schroder Penuhi Syarat Selenggarakan Dana Pensiun, AUM Capai Rp 61,05 Triun

Menurut Todotua, dari potensi investasi hilirisasi batubara, diperkirakan bakal menyerap tenaga kerja 23.160 orang dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 2,26 miliar, serta peningkatan ekspor US$ 11,3 miliar.

Adapun, Todotua menjelaskan sebagian proyek hilirisasi batubara akan dibiayai oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Selain gasifikasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME), proyek hilirisasi lainnya mencakup produksi metanol dan amonia.

Gasifikasi batubara menjadi DME bertujuan untuk menggantikan penggunaan liquefied petroleum gas (LPG), yang selama ini banyak diimpor dengan nilai rata-rata mencapai Rp7 triliun per tahun.

“Diharapkan, bila program ini bisa terlaksana, kita bisa mengurangi impor LPG ke depannya,” tutur Todotua.

Baca Juga: Dana Kelolaan STAR AM Capai Rp 18,9 Triliun Hingga September 2024

Todotua menambahkan, beberapa perusahaan batubara nasional telah berkomitmen untuk mengembangkan hilirisasi batubara menjadi metanol, yang merupakan salah satu bahan baku utama dalam produksi biofuel.

Saat ini Indonesia masih bergantung pada impor metanol sekitar 1,8 juta ton per tahun. Dengan kebijakan peningkatan standar biodiesel menjadi B40 yang diberlakukan sejak Januari oleh Kementerian ESDM, kebutuhan metanol diproyeksikan meningkat signifikan.

“Hitungan keuangan saya sih, apabila suplai metanol dalam negeri tidak berkembang, kita bisa akan impor 2,3 juga ton sampai 2,5 juta ton metanol per tahun. Sedangkan, metanol ini salah satu bahan yang dipakai untuk mengolah biofuel,” jelasnya.

Selanjutnya: Sri Mulyani Tegaskan Tak Mundur dari Pemerintahan Prabowo-Gibran

Menarik Dibaca: 5 Kesalahan Skincare pada Pria yang Harus Dihindari, Bikin Kulit Susah Glowing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli