Potensi investasi energi baru dan terbarukan di Indonesia mencapai Rp 134,6 triliun



JAKARTA. Indonesia membutuhkan dana investasi untuk pengembangan energi baru dan terbarukan sebesar Rp 134,6 triliun. Kebutuhan investasi tersebut selama 15 tahun ke depan dan tercantum dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.Dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan energi baru terbarukan di lima koridor yaitu Sumatera Rp 25,06 triliun, Jawa Rp 86,3 triliun, Sulawesi Rp 15,77 triliun, Bali-Nusa Tenggara 2,64 triliun serta Papua-Maluku Rp 4,83 triliun.Pelaksana Harian Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kardaya Warnika mengatakan, pengembangan energi baru terbarukan merupakan program prioritas pemerintah untuk memasok energi alternatif bagi masyarakat. "Dana itu untuk investasi infrastruktur maupun untuk pembangkitnya," ujar Kardaya.Menurut dia pemerintah tengah berupaya untuk meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan di masyarakat dengan melakukan berbagai inovasi. Salah satunya yaitu mengganti lampu-lampu penerangan jalan di seluruh Indonesia dengan lampu penerang jalan tenaga surya (solar cell).Kementerian Energi juga mengusulkan agar listrik yang dipakai di pusat perbelanjaan tidak lagi berasal PT PLN (Persero), namun diganti listrik dari tenaga sinar matahari dengan memasang panel surya di atas atap mal-mal yang ada di kota-kota besar. Potensi energi baru di Indonesia sangat besar. Panas bumi misalnya, Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia dengan potensi sebanyak 29.038 Megawatt. Sayangnya yang baru dioptimalkan hanya sebanyak 4 persen atau 1.189 Megawatt. Sementara untuk pengembangan bahan bakar nabati, pemerintah akan lebih mengutamakan pengembangan biofuel dengan bahan baku yang tidak dimanfaatkan untuk pangan seperti cangkang kelapa sawit dan jarak. "Kalau bahan baku biofuelnya bisa dimakan, maka akan berkompetisi dengan industri makanan sehingga harga beli bahan baku lebih tinggi," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini