Potensi investasi ladang minyak di Indonesia Timur terbuka lebar



JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Darwin Zahedy Saleh meminta kepada para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk berinvestasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Indonesia Timur. Investasi ini, kata Darwin untuk memenuhi kebutuhan migas dalam negeri yang tiap tahunnya terus naik. "Pertumbuhan sektor energi tiap tahun sebesar 6% sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Indonesia Timur akan menjadi wilayah yang potensial untuk kontribusi produksi migas misalnya di Semai, Halmahera, West Aru dan South West Timor dan South Java," ujar Darwin saat membuka acara pameran International Petroleum Association (IPA) yang ke-35, Rabu (18/5). Darwin mengakui untuk melakukan eksplorasi di wilayah Indonesia Timur membutuhkan dana investasi yang cukup banyak. Namun, ia tidak mengatakan insentif seperti apa yang bakal diberikan kepada KKKS apabila mereka mau melakukan eksplorasi di wilayah Indonesia Timur. Senada dengan Darwin, Ketua IPA Ron Aston mengungkapkan, saat ini Indonesia harus mengembangkan cadangan-cadangan sumber daya yang belum terjamah. Menurut Ron, saat ini jumlah ladang-ladang minyak tua di Indonesia semakin bertambah. Sebab, ladang-ladang utama telah berproduksi lebih dari 40 tahun. "Fokus saat ini adalah eksplorasi dan pengembangan cadangan sumber daya yang berlimpah namun belum terbukti di daerah frontier," kata Ron.Ron Aston mengatakan potensi investasi migas di Indonesia masih cukup besar. Ia menghitung pada tahun ini, nilai investasi migas mencapai US$ 19 miliar. Namun, untuk mengembangkan industri migas, kata Ron pemerintah harus memberikan kebijakan yang mendukung iklim investasi migas. "Produksi migas akan semakin turun dan akan semakin mahal untuk menjaga produksi migas," ungkap Ron. Beberapa hal yang harus diselesaikan oleh pemerintah adalah isu cabbotage, cost recovery dan insentif fiskal yang mampu mendukung sektor migas. Menurut Kepala Dinas Humas dan Kelembagaan Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Elan Biantoro, salah satu tantangan untuk menaikkan produksi migas adalah natural decline (penurunan secara alamiah). Di Indonesia, rasio natural decline mencapai 12% hingga 15%. Namun, BP Migas dan para KKKS mampu menekan angka natural decline hingga menjadi 4%. Apalagi kata dia, saat ini cadangan terbukti migas tidak sebanding dengan kebutuhan.Ia bercerita, status cadangan minyak terbukti saat ini mencapai 4,5 miliar barel. Cadangan minyak sebesar itu, hanya mampu memproduksi sebesar 900.000 barel per hari (bph). Kemudian, ia membandingkan dengan negara lainnya seperti Libia yang cadangan terbuktinya sebesar 45 miliar barel, produksinya mencapai 1,6 juta bph.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini