Potensi investasi reksadana di era suku bunga rendah



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempertahankan tingkat suku bunga seven day reverse repo rate (BI7DRRR) di 3,5%. Di tengah era suku bunga rendah, Infovesta Utama menilai instrumen reksadana pendapatan tetap, menarik untuk dimiliki. 

Penurunan suku bunga BI7DRRR juga mempengaruhi penurunan suku bunga deposit ke 2,75% dan suku bunga lending facility juga menurun ke 4,25%.

Dalam risilis Infovesta Utama, Senin (26/7),  keputusan BI menurunkan suku bunga sudah sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar karena perkiraan inflasi masih rendah akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat yang diperpanjang hingga 2 Agustus 2021. 


Sementara itu, investor global masih terus memantau wacana pengurangan stimulus moneter atau tapering The Fed. Di Desember 2020, The Fed merencanakan untuk melakukan tapering bila ada kemajuan substansial dari pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi AS stabil di sekitar 2%. 

Sementara, tingkat inflasi tahunan AS per Juni tercatat sebesar 5,4% naik 0,4% dari bulan Mei 2021. Kenaikan inflasi tersebut dikhawatirkan mengakibatkan tapering akan diberlakukan lebih cepat dari ekspektasi di 2023. Hal ini bisa berdampak negatif bila aliran modal ke negara berkembang jadi terbatas. Apalagi Indonesia, masih mencatatkan penambahan kasus harian dan kematian Covid-19 tertinggi di dunia. 

Di tengah era suku bunga rendah seperti ini, Infovesta mengatakan investor dapat memanfaatkan momentum ini untuk memilih instrumen investasi yang dapat memberikan potensi imbal hasil lebih tinggi daripada deposito. Instrumen investasi yang saat ini menarik adalah reksadana berbasis pendapatan tetap. 

Namun, Infovesta mengatakan mengingat pemangkasan tingkat suku bunga tidak bisa lagi agresif seperti 2020. Dengan begitu potensi kenaikan kinerja reksadana pendapatan tetap cenderung terbatas tidak bisa setinggi tahun lalu. 

Meski kinerja tidak lagi bisa setinggi tahun lalu, tidak serta merta membuat jenis reksadana ini kehilangan daya tariknya. Kinerja reksa dana pendapatan tetap masih mencatatkan kinerja positif secara year to date YTD 23 Juli 2021 sebesar 0,67% yang di dukung oleh kinerja obligasi korporasi melalui Infovesta Corporate Bond Index sebesar 3,02% dan obligasi pemerintah melalui Infovesta Government Bond Index sebesar 2,09%.

Dengan demikian, investasi pada reksadana berbasis pendapatan tetap masih cukup menarik terutama yang berbasis obligasi korporasi.

Di sisi lain, investasi pada instrumen berbasis saham juga masih cukup menarik mengingat tingkat suku bunga yang rendah seharusnya secara tidak langsung menopang kinerja reksadana saham karena pelaku bisnis dimudahkan dengan tingkat bunga hutang yang lebih rendah. Akan tetapi, pemulihan bisnis Indonesia masih tertekan akibat adanya PPKM yang masih diperpanjang.

Sehingga investor perlu memilah produk reksa dana berbasis saham yang memiliki alokasi portfolio pada saham-saham yang diuntungkan langsung dari adanya pemulihan ekonomi dan juga saham yang berpotensi memiliki prospek cemerlang seperti saham-saham di sektor teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli