Potensi logam tanah jarang teridentifikasi di 28 wilayah, termasuk di Lumpur Lapindo



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan survei dan pemetaan potensi mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element (REE). di Indonesia.

Hasilnya, terdapat 28 lokasi yang sudah teridentifikasi memiliki potensi LTJ. Pulau Sumatra menjadi lokasi dengan potensi LTJ terbanyak dengan 16 titik, Disusul, Kalimantan dengan 7 titik, Sulawesi terdapat 3 dan terakhir Jawa dengan 2 titik potensi.

Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengungkapkan, lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur juga teridentifikasi memiliki potensi kandungan LTJ. Dia pun memastikan, survei dan kajian terkait sumber daya LTJ turut menjadi fokus Badan Geologi.


"Mengenai LTJ memang menjadi concern kami. Selain itu kami melakukan kajian terhadap lumpur Sidoarjo, yang ternyata juga diidentifikasi oleh Badan Litbang mengandung LTJ," ungkap Eko dalam konferensi pers tahunan yang digelar secara daring, Rabu (20/1).

Baca Juga: Begini penjelasan Kementerian ESDM soal logam tanah jarang

Menurutnya, potensi kandungan LTJ juga terdapat sebagai mineral ikutan pada komoditas tambang, termasuk batubara. Hal itu terungkap dalam kajian yang dilakukan Badan Geologi di Kalimantan.

"Ternyata ada batubara di Kalimantan yang mengandung potensi LTJ. Jadi diberbagai endapan, baik mineral atau batubara ternyata ada potensi LTJ, bahkan di lumpur Sidoarjo," sambung Eko.

Ke depannya, dia menegaskan bahwa pengembangan LTJ bernilai strategis. Apalagi untuk mendorong era kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang juga sudah diusung oleh pemerintah.

Merujuk pada pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, berdasarkan data yang terhimpun hingga tahun 2019, tergambar sumber daya hipotetik LTJ di sejumlah wilayah. Di Sumatra, sumber daya hipotetik tercatat sekitar 23 juta ton dengan tipe endapan LTJ laterit, serta 5 juta ton LTJ dengan tipe tailings.

Lalu di Kalimantan, terdapat sumber daya hipotetik LTJ sekitar 7 juta ton dengan tipe tailings. Sedangkan di Sulawesi, ada sekitar 1,5 juta ton dengan tipe laterit. Namun, sumber daya terebut masih bersifat hipotetik dan tereka, sehingga perlu eksplorasi lanjutan.

Selanjutnya: 70% Lahan Kalsel dikuasai industri ekstraktif, Jatam dan Walhi minta evaluasi izin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari