KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hilirisasi dan pengembangan produk berbasis alam atau bioekonomi memiliki potensi pasar yang besar dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, inovasi berbasis alam ini berkontribusi hingga 37% pada pengurangan emisi yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat Celcius. Dalam konteks global, mengutip Laporan World Resources Institute (WRI) 2019 memperkirakan, penyaluran investasi inovasi berbasis alam dan bioekonomi sebesar US$ 1,8 triliun mulai tahun 2020 hingga 2030. Ini berpotensi menghasilkan manfaat bersih sebesar US$ 7,1 triliun.
Baca Juga: Indonesia Siap Dukung Pengelolaan Hutan Hingga Hilirisasi Industri di Kongo Keuntungan dari pelaksanaan bioekonomi selain dapat menjaga lingkungan juga berpotensi mendapatkan keuntungan finansial.
Laporan The Bioeconomy of 2030 keluaran OECD menambahkan, nilai pasar bioekonomi global akan mencapai kisaran US$ 2,6 – US$ 5,8 triliun dalam rentang tahun 2025-2030. Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan mendukung rangkaian pengembangan portofolio investasi berkelanjutan untuk daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berbasis bioekonomi. Agenda investasi di sektor tersebut diperkirakan akan menyerap sekitar US$ 45,4 miliar.
“Saat ini, sejumlah portofolio investasi lestari prioritas sedang diakselerasi. Salah satunya, adalah Proyek Prioritas Industri Hijau Pengelolaan Kelapa Terintegrasi di Kabupaten Gorontalo yang sudah dalam status ready to offer dengan nilai investasi sebesar Rp 643 miliar,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (11/2).
Baca Juga: Indonesia Pelopori Penggembangan BioEkonomi dan BioProspecting berbasis Alam Lestari Pemerintah saat ini sudah mendetailkan rencana pengembangan berbasis bioekonomi, yang mencakup industri baru yang bersumber pada inovasi berbasis alam untuk produk-produk biosimilar dan vaksin, protein nabati, pangan biokimia, herbal dan nutrisi Selain itu, Indonesia juga tengah mendorong Penguatan Kerangka Regulasi atas Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik berorientasi Bioprospeksi dan Bioekonomi.
Penguatan hilirisasi dan pengembangan produk berbasis alam harus memperhatikan sejumlah hal. Tentu perlu melibatkan pelaku usaha, kemudian penguatan riset dan inovasi nasional.
Lalu penguatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya genetik dan penegakan hukum terhadap upaya biopiracy, dan sinergi lintas sektor dari para pemangku kepentingan.
Dari sisi investasi, Kementerian Investasi/BKPM telah meluncurkan Panduan Investasi Lestari pada G20 lalu sebagai titik awal negara mendorong tumbuhnya bisnis lestari termasuk untuk UMKM, usaha besar, investasi dan pemerintah.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjebak di Level 5%, Begini Kata Bappenas Tahun ini, Indonesia memiliki momentum besar yaitu pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah yang dilakukan serentak. Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) terus mengawal berbagai persiapan mendukung visi ekonomi lestari melalui hilirisasi komoditas.
Editor: Yudho Winarto