Potensi omzet cabai besar hibrida memang hot (1)



Cabai besar hibrida dengan nama IPB CH3 atau Capsicum Annuum merupakan varietas cabai baru yang dikembangkan oleh Dr M. Syukur, dosen Agronomi dan Holtikutura Institut Pertanian Bogor (IPB). Cabai ini termasuk varietas unggulan.

Kelebihannya memiliki ukuran yang besar dengan rasa yang sangat pedas. "Jadi, cabai ini menggabungkan sifat-sifat dari cabai kecil yang rasanya pedas dan cabai besar yang rasanya kurang pedas," kata Syukur kepada KONTAN.

Syukur mulai mengembangkan cabai ini sejak 2003 dan baru dirilis tahun 2010. Menurut Syukur, cabai ini merupakan varietas pertama yang dirilis oleh perguruan tinggi. Selama ini varietas yang ada dirilis oleh perusahaan swasta atau asing.


Syukur mengembangkan varietas cabai ini di lahan seluas 1 hektare (ha). Menurutnya, cabai hibrida CH3 IPB ini memiliki umur panen lebih cepat dengan masa berbuah kurang dari tiga bulan. "Biasanya cabai ini akan panen umur 70 hari setelah tanam," ujarnya.

IPB CH3 ini memiliki panjang 14 sentimeter (cm) hingga 17 cm dan memiliki rasa pedas dua kali lipat dari cabai besar merah biasa. Cabai ini memiliki potensi panen 1,11 kilogram (kg) per tanaman. Biasanya bila sudah memasuki usia panen, cabai ini terus berbuah sampai minggu ke-10. "Cabai CH3 IPB ini memiliki potensi panen 20 ton per ha selama setahun, sedangkan dari data panen cabai hibrida rata-rata nasional hanya 7 ton per ha," jelasnya.

Menurut Syukur, cabai CH3 ini tidak dapat dijadikan benih lagi. Untuk pembenihan, harus melakukan pengawinan dari cabai semi keriting. Perkawinan ini melibatkan varietas tetua jantan besar dan tetua betina semi keriting. "Proses pengawinan ini yang membuat benih mahal," tuturnya.

Salah satu perusahaan yang bekerjasama dengan IPB dalam memproduksi dan menjual benih CH3 adalah PT Bogor Life Science and Technology. Unang Ridwan, pengembangan bisnis PT Bogor Life menjelaskan,  harga benih CH3 dibanderol Rp 25.000 per 5 gram.

Unang menambahkan, dalam 1 ha diperlukan 1 kg benih CH3. Dengan demikian, total biaya pengadaan bibit Rp 5 juta per ha. Ditambah, biaya operasional per ha hingga panen mencapai 80 juta. "Itu sudah termasuk biaya sewa lahan," katanya.

Sementara total omzet sekali panen lebih dari Rp 100 juta per ha. Menurut  Unang, sampai saat ini masih jarang petani menanam CH3. "Yang jual benih CH3 kalau bukan IPB langsung, dari perusahaan saya," tuturnya.

Sampai saat ini, penjualan benih CH3 masih sedikit karena bergantung pada produksi benih dari IPB. "Tapi ke depan kami akan produksi benih sendiri karena sudah dapat lisensi dari IPB," tutupnya. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan