KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin kembali menyentuh level tertinggi alias All-Time-High (ATH) baru di angka US$ 94.000 pada pukul 02:00 dini hari (20/11). Saat ini, Bitcoin masih terkonsolidasi di area US$ 92.000 dengan dominasi kapitalisasi pasar di angka 59,35%, mengacu data Coinmarketcap. Per Rabu (20/11) pukul 20.11 WIB, Bitcoin berada di posisi US$93.863 yang menguat sekitar 7% dalam sepekan. Selain mencetak ATH baru, Bitcoin juga mencatatkan peningkatan kapitalisasi pasar Bitcoin yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, Bitcoin menggeser Meta (Facebook), perak, dan baru-baru ini Saudi Aramco, yang merupakan perusahaan terbesar di Asia.
Baca Juga: Rekor Harga Bitcoin Berlanjut, Begini Prediksi Pasar Kripto di Minggu Ini Peningkatan tersebut meningkatkan kredibilitas dan legitimasi Bitcoin. Selain itu, semakin membuktikan posisi Bitcoin sebagai instrumen investasi strategis di tengah tren pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini, di mana inovasi teknologi menjadi faktor pendorong utama meningkatnya nilai. Jan van Eck, CEO perusahaan keuangan ternama AS yang juga menjadi penerbit ETF Bitcoin dan Ethereum spot, serta telah mengajukan aplikasi untuk ETF Solana spot, VanEck, turut memaparkan pandangannya terkait proyeksi kapitalisasi pasar Bitcoin. Berdasarkan analisis komparatifnya, Jan memproyeksikan kapitalisasi pasar Bitcoin pada akhirnya akan mencapai setengah dari total kapitalisasi pasar emas. Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin memandang, jika melihat data kapitalisasi Bitcoin saat ini yang berada di angka US$ 1,8 triliun dan emas di angka US$ 17,6 triliun, proyeksi tersebut menargetkan angka setidaknya US$ 8,8 triliun atau hampir 5x lipat dari kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini. Tidak hanya VanEck, beberapa pelaku industri lainnya juga turut memaparkan pandangan optimisnya terkait potensi kenaikan harga Bitcoin, seperti CEO MicroStrategy, Michael Saylor, misalnya yang memproyeksikan harga Bitcoin akan menyentuh $100 ribu sebelum akhir tahun ini. "Sentimen positif terkait outlook regulasi crypto AS turut menjadi katalis berkembangnya optimisme tersebut,” ungkap Fahmi dalam siaran pers, Rabu (20/11).
Baca Juga: Bitcoin Turun Tajam di Akhir Pekan, Aset Digital Turun 3% Selain itu, pasar kripto didukung komitmen pemimpin The Fed Jerome Powell untuk terus mengawal tren kebijakan suku bunga yang telah cukup berhasil menekan inflasi dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Sentimen tersebut menjadi faktor yang membuat investor kripto cukup optimis akan adanya penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC Desember nanti, meskipun hal itu sepertinya akan semakin menghadapi ketidakpastian. Terlepas dari itu, Fahmi melanjutkan, optimisme yang berkembang dalam beberapa hari terakhir ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar bagi Bitcoin. Saat ini Bitcoin dapat dikatakan sedang berada dalam fase price discovery pasca terciptanya level harga tertinggi baru. Bitcoin kemungkinan masih akan mencetak beberapa level harga tertinggi baru lagi dari titik ini mengingat area konsolidasi yang berada pada level lebih tinggi dari sebelumnya. Namun, kekuatan reli Bitcoin akan bergantung pada level harga yang akan membuat
long term holder, kemudian mulai memutuskan untuk menjual, dan
short term holder mulai akan berpikir dua kali untuk mengakuisisi Bitcoin. Fahmi melihat, saat ini keduanya belum terlihat mengalami perubahan signifikan, meskipun sebagian long term holder sudah terlihat mulai melakukan aksi profit taking. Mengacu data UTXO Age platform analitik data IntoTheBlock, komposisi long term holders versus short term holders Bitcoin masih belum terlalu banyak berubah. Kelompok short term holders yang sebelumnya telah menyimpan Bitcoin selama 3-6 bulan terlihat banyak yang masih mempertahankan kepemilikan Bitcoinnya di bulan ini terlepas dari kenaikan harga yang terjadi, meskipun beberapa long term holder dalam kelompok 12-18 bulan telah terlihat melakukan aksi
profit taking. Baca Juga: Miliarder Dunia Yang Kian Tajir Berkat Lonjakan Harga Kripto Secara keseluruhan, data usia UTXO IntoTheBlock mengindikasikan situasi saat ini yang masih belum mendekati periode peak bagi harga Bitcoin dengan komposisi short term holder, yakni mereka yang memiliki dan menyimpan Bitcoin selama kurang dari 12 bulan, masih berada di angka 36,12%. “Angka tersebut masih relatif cukup jauh jika dibandingkan dengan situasi yang terjadi pada periode puncak siklus bullish sebelumnya pada 8 November 2021 di mana komposisi holder Bitcoin di bawah 12 bulan berada di angka 45,53%,” jelas Fahmi. Berbeda dengan indikator UTXO IntoTheBlock, indikator Euforia Bitcoin CryptoQuant mengindikasikan dua potensi kemungkinan yang saling bertolak belakang. Indikator yang mengukur euforia pasar melalui komposisi pemilik Bitcoin yang berada pada situasi profit tersebut memvalidasi sedang terjadinya situasi price discovery.
CEO CryptoQuant melalui cuitannya di media sosial X turut menyatakan bahwa situasi yang dipaparkan oleh indikator tersebut dapat diartikan sebagai peak dari reli yang sedang terjadi atau justru bottom dari reli parabolik yang mungkin akan terjadi. Oleh karena itu, Fahmi menjelaskan bahwa di tengah potensi positif dan koreksi tersebut, investor perlu memantau kondisi pasar secara lebih seksama. Penting bagi investor untuk melakukan riset dan analisis yang baik guna memilih aset dengan potensi pertumbuhan dan tingkat risiko yang sesuai dengan profil investasi masing-masing. Bagi investor yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, dapat berinvestasi di aset crypto yang memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas yang besar. Reku turut menyediakan fitur Reku Packs untuk investor bisa berinvestasi pada berbagai koin kripto blue chip termasuk Bitcoin dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi