Potensi rupiah menguat besar, swasta ogah hedging



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat sebanyak kurang lebih 67% utang swasta yang tidak di hedging alias lindung nilai. Kondisi itu mengkhawatirkan BI, karena posisi utang swasta pada bulan Juni 2014 mencapai sebesar US$ 153,22 miliar atau naik 0,76% dari posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 152,07 miliar.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, alasan kuat mengapa swasta kurang tertarik melakukan hedging adalah prediksi rupiah yang potensi menguatnya lebih besar dibanding melemah. Hedging menjadi kurang efektif kalau rupiah menguat.

"Karena hedging menjaga risiko ketika kurs melemah. Kalau kurs menguat, ada kerugian gunakan hedging," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Rabu (17/9). Dengan alasan itu pula banyak perusahaan yang beli valas di pasar spot.


Hitungan Lana, fundamental rupiah berada pada level 11.000 per dolar AS. Saat ini rupiah bergerak di luar fundamental karena banyak sentimen dari eksternal dan internal. Misalnya, efek normalisasi The Fed dan pembayaran utang jatuh tempo yang biasa terjadi pada akhir triwulan.

Kalau sentimen ini sudah reda maka rupiah berpotensi menguat. Prediksi Lana, rupiah hingga akhir tahun berada pada kisaran 11.500-11.600 per dollar Amerika, mengingat adanya pemerintahan baru. Namun untuk sementara ini rupiah akan berada dalam rentang 11.800-11.900 per dollar AS.

Di sisi lain, kesepakatan bahwa hedging bukan merupakan kerugian, diakui Lana, dapat menjadi sentimen positif bagi perusahaan untuk bisa melakukan hedging.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa