KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tren positif pasar kripto di bulan Oktober atau disebut dengan istilah Uptober diyakini akan kembali terulang tahun ini. Aset kripto khususnya Bitcoin (BTC) diproyeksi tetap kuat walau tertekan aksi jual di awal bulan. Di akhir September 2024, harga Bitcoin sempat jatuh dari level US$ 65.609 ke level US$ 60.805 dalam waktu singkat. Penurunan harga ini semakin diperburuk oleh ketegangan geopolitik yang meningkat khususnya konflik antara Israel dan Iran. Ketegangan geopolitik menyebabkan Bitcoin turun 6% dalam sehari, bersamaan dengan arus keluar dana dari ETF Bitcoin yang signifikan. Fidelity’s FBTC kehilangan US$ 144 juta, sementara ARKB mencatat penurunan sebesar US$ 84 juta.
Selain ketegangan geopolitik, pasar Bitcoin juga dipengaruhi pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang belum memberikan sinyal pemotongan suku bunga lanjutan dalam waktu dekat. Pernyataan ini memicu kekhawatiran investor dan memperburuk tekanan jual di pasar kripto.
Baca Juga: Fenomena Uptober Masih Mungkin Terjadi di Tengah Fluktuasi Pasar Namun demikian, pasar kripto dipandang memiliki potensi bangkit di tengah ketidakpastian. Bitcoin cenderung melalui fase pengisian ulang, sebelum akhirnya melonjak pada Oktober. Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menilai, kondisi penurunan harga Bitcoin yang mengkhawatirkan ini hanya kemunduran sesaat. Tren musiman Oktober sebagai bulan terbaik bagi Bitcoin masih bertahan. Para investor hanya perlu lebih waspada dalam menghadapi volatilitas jangka pendek ini. "Bitcoin sering kali mengalami penurunan di bulan September sebelum memulai lonjakan harga di Oktober. Meskipun ada tekanan jual saat ini, dalam beberapa minggu ke depan Bitcoin bisa kembali mencapai harga tertinggi baru, mengikuti pola bullish historis," ujar Fyqieh kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10). Secara historis, Oktober merupakan bulan yang kuat bagi Bitcoin, dengan beberapa kali mencatatkan kenaikan signifikan. Misalnya, pada Oktober 2023, Bitcoin melonjak lebih dari 28%. Fyqieh menyebutkan, kondisi makroekonomi global akan memainkan peran penting sebagai sentimen untuk Uptober dapat terjadi. Data inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan suku bunga dari bank sentral, terutama The Fed, menjadi faktor utama yang memengaruhi pasar kripto. Jika data-data ekonomi AS, seperti laporan tenaga kerja, menunjukkan adanya perlambatan ekonomi atau peningkatan inflasi, maka hal ini dapat mempengaruhi kebijakan moneter The Fed, yang pada gilirannya bisa berdampak pada sentimen di pasar kripto. "Data pasar tenaga kerja AS yang lebih kuat dapat meredam harapan akan penurunan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin, sehingga mungkin mengurangi selera risiko untuk BTC dan ETF spot di AS dan bisa meredam potensi Uptober," imbuh Fyqieh. Fyqieh mengingatkan, investor harus tetap waspada terhadap indikator ekonomi AS yang penting dan berita terkini dari Timur Tengah. Trader mungkin juga ingin memantau arus masuk ETF secara ketat dalam beberapa hari mendatang karena dapat memengaruhi permintaan jangka pendek untuk BTC dan pasar yang lebih luas. Adapun pada hari Selasa, (1/10), pasar ETF BTC-spot AS mengalami arus keluar bersih sebesar US$242,6 juta, mengakhiri tren arus masuk selama delapan hari. iShares Bitcoin Trust (IBIT) milik BlackRock (BLK) adalah satu-satunya ETF yang mencatat arus masuk pada hari itu. Selain itu, lanjut Fyqieh, pernyataan dari para pejabat The Fed juga menjadi indikator penting yang harus diperhatikan. Ketua The Fed, Jerome Powell, dan pejabat lainnya kerap memberikan panduan mengenai arah kebijakan moneter berdasarkan data ekonomi terbaru. Jika pernyataan pejabat bank sentral AS mengindikasikan pendekatan yang lebih dovish, yakni kebijakan moneter yang lebih longgar, maka bisa menjadi pemicu sentimen positif di pasar kripto. Sebaliknya, jika pernyataan tetap hawkish, yakni menekankan pada pengetatan moneter lebih lanjut, pasar kripto mungkin akan menghadapi tekanan lebih besar karena biaya pinjaman yang lebih tinggi dan penurunan likuiditas.
Baca Juga: Nilai Transaksi Kripto Tetap Bertumbuh di Tengah Fluktuasi Pasar Menurut Fyqieh, secara teknikal, perkiraan harga Bitcoin di bulan Oktober 2024 menunjukkan Bitcoin saat ini berada dalam fase kritis, setelah menyentuh level support utama di US$ 60.000. Jika harga berhasil bertahan dan memantul dari level ini, maka tren bullish dapat kembali terjadi, dengan target kenaikan selanjutnya menuju resistance di US$ 66.500. Namun, jika tekanan jual berlanjut dan harga jatuh di bawah US$ 60.000, maka level US$ 58.000 dan US$ 55.500 akan menjadi support berikutnya. Meskipun demikian, penurunan lebih lanjut menuju level support tersebut tetap dalam batas teknis yang sehat, karena akan membentuk higher low yang menjaga struktur bullish jangka panjang tetap utuh. Sementara, level resistance kunci di US$ 61.000 juga akan menjadi area penting yang harus dipertahankan oleh pembeli untuk menghindari potensi penurunan lebih dalam. Di sisi lain, pernyataan dari pemimpin dunia dan perubahan sikap regulasi juga memainkan peran penting. Misalnya di AS, pandangan pro-kripto dari kandidat politik menjelang pemilu 2024 bisa mendorong optimisme pasar.
Faktor fundamental lainnya yang perlu diperhatikan adalah pasokan Bitcoin yang terbatas. Dengan lebih dari 19 juta Bitcoin yang telah ditambang, pasokan yang terbatas ini dapat memperkuat tekanan beli di tengah permintaan yang meningkat. Fyqieh menyarankan, para investor untuk tetap memperhatikan faktor eksternal yang memengaruhi pasar, seperti ketegangan geopolitik dan kebijakan suku bunga. Bagi investor yang cermat, periode volatil ini justru bisa menjadi peluang untuk mengoptimalkan keuntungan di pasar kripto. "Aksi jual mungkin bersifat sementara, jika investor melihat potensi keuntungan jangka panjang, terutama setelah siklus halving yang biasanya diikuti oleh kenaikan harga signifikan," imbuh Fyqieh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat