KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan poundsterling terhadap rupiah bergerak signifikan. Sentimen yang membuat poundsterling menguat berasal dari vaksin yang gencar Inggris lakukan. Berdasarkan Bloomberg, Jumat (4/6), pasangan mata uang GBP/IDR berhasil tumbuh 5,09% secara year to date (ytd). Imbal hasil tersebut jauh melebihi pertumbuhan dari USD/IDR yang sebesar 1,93% di periode yang sama. Sedangkan, untung yang didapat dari memegang SGD/IDR sebesar 1,43% ytd. Lebih kecil lagi, imbal hasil yang didapat dari AUD/IDR sebesar 1,25%.
Makin mengecil, untung yang didapat dari EUR/IDR sebesar 0,63% ytd. Sementara, kerugian dialami investor yang memegang JPY/IDR dengan minus 4,63% ytd.
Baca Juga: Rilis data ekonomi AS di akhir pekan yang positif melemahkan rupiah Analis Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan poundsterling menguat karena tersokong sentimen vaksinasi di Inggris yang agresif. Spekulasi penguatan pada poundsterling semakin kuat setelah Perdana Menteri Inggris Borris Johnson mengatakan akan melonggarkan
lockdown di 21 Juni mendatang. Selain itu, dari sisi kebijakan moneter poundsterling juga memberi sentimen positif pada poundsterling. "Muncul spekulasi suku bunga Bank of England naik," kata Faisyal, Jumat (4/6). Hingga akhir tahun, Faisyal memproyeksikan tren penguatan poundsterling akan berlanjut. Meski, saat ini pelaku pasar juga khawatir terhadap berbagai varian baru dari virus Covid-19. "Di sisi lain ada optimisme bahwa pelaku pasar menilai vaksin yang ada tetap ampuh pada varian viru baru," kata Faisyal.
Baca Juga: Menguat 3,70% sepekan, IHSG masih mampu melanjutkan kenaikan pekan depan Faisyal memproyeksikan GBP/IDR naik ke Rp 21.000-Rp22.000. Faisyal menilai proyeksi harga tersebut tidak lagi signifikan karena rupiah di akhir tahun berpotensi menguat. Katalis positif datang dari pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan positif. Selain poundsterling, Faisyal melihat mata uang USD/IDR juga menarik untuk dikoleksi. Sentimen positif yang mendukung dollar AS menguat adalah pemulihan ekonomi negeri Paman Sam tersebut. Data ekonomi yang mendukung adalah jumlah pengangguran yang menurun serta kemungkinan pengetatan moneter dengan The Fed mengurangi pembelian obligasi. Faisyal memproyeksikan USD/IDR di akhir tahun ini berpotensi ke Rp 15.000-Rp 15.500.
Baca Juga: Rupiah Jisdor kembali melemah 0,13% ke Rp 14.316 per dolar AS pada Jumat (4/6) Selain itu, Faisyal juga melihat euro menarik karena memiliki potensi untuk menguat. Namun, vaksinasi yang agresif serta potensi pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa masih terganjal oleh penyebaran virus yang semakin meluas di Jerman. Sedangkan, bagi investor yang memegang yen, belum berhasil catatkan keuntungan hingga saat ini. Faisyal melihat yen terseret turun karena jumlah pasien Covid-19 di sana kembali meningkat hingga harus memperpanjang pengetatan aktivitas.
Baca Juga: Tertekan penguatan dolar AS, harga emas berada di jalur minggu terburuk sejak Maret Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati