JAKARTA. Poundsterling masih terus dibalut katalis negatif akibat ketidakpastian kondisi geopolitik di Negeri Ratu Elizabeth tersebut. Hal ini jelas kontras dengan aussie yang tertopang fundamental ekonomi memuaskan.Mengutip Bloomberg, Rabu (1/3) pukul 17.48 WIB pasangan GBP/AUD menukik 0,14% ke level 1,6146 dibanding hari sebelumnya.Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka menuturkan pelemahan pasangan GBP/AUD sendiri sudah memasuki hari keempat sejak pekan lalu. Pelemahan ini terjadi karena memang buruknya fundamental Britania Raya yang lantas menghimpit posisi poundsterling. “Peluang terjadinya referendum Skotlandia dengan sinyal izin yang akan diberikan Theresa May, Perdana Menteri Inggris pasca peresmian proses hengkangnya Britania Raya dari Eropa dimulai, membuat pelaku pasar khawatir,” tutur Tonny. Beban semakin besar setelah data PMI manufaktur Inggris Februari 2017 dirilis menukik dari 55,7 menjadi 54,6. Maka tidak heran sulit bagi poundsterling mengalahkan aussie yang sedang di atas angin akibat sajian data ekonomi yang memuaskan pasar. “Kans untuk melemah lagi pada Kamis (2/3) masih ada mengingat selama bayang kekhawatiran referendum Skotlandia membalut UK, sulit bagi poundsterling tinggalkan tren bearish-nya,” tebak Tonny. Tidak berhenti disitu, data PMI konstruksi Inggris Februari 2017 diduga masih stagnan di level 5,25 tentu apabila dirilis sejalan dengan dugaan pasar akan semakin menyulitkan langkah poundsterling untuk membalikkan arah.
Poundsterling lunglai di hadapan aussie
JAKARTA. Poundsterling masih terus dibalut katalis negatif akibat ketidakpastian kondisi geopolitik di Negeri Ratu Elizabeth tersebut. Hal ini jelas kontras dengan aussie yang tertopang fundamental ekonomi memuaskan.Mengutip Bloomberg, Rabu (1/3) pukul 17.48 WIB pasangan GBP/AUD menukik 0,14% ke level 1,6146 dibanding hari sebelumnya.Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka menuturkan pelemahan pasangan GBP/AUD sendiri sudah memasuki hari keempat sejak pekan lalu. Pelemahan ini terjadi karena memang buruknya fundamental Britania Raya yang lantas menghimpit posisi poundsterling. “Peluang terjadinya referendum Skotlandia dengan sinyal izin yang akan diberikan Theresa May, Perdana Menteri Inggris pasca peresmian proses hengkangnya Britania Raya dari Eropa dimulai, membuat pelaku pasar khawatir,” tutur Tonny. Beban semakin besar setelah data PMI manufaktur Inggris Februari 2017 dirilis menukik dari 55,7 menjadi 54,6. Maka tidak heran sulit bagi poundsterling mengalahkan aussie yang sedang di atas angin akibat sajian data ekonomi yang memuaskan pasar. “Kans untuk melemah lagi pada Kamis (2/3) masih ada mengingat selama bayang kekhawatiran referendum Skotlandia membalut UK, sulit bagi poundsterling tinggalkan tren bearish-nya,” tebak Tonny. Tidak berhenti disitu, data PMI konstruksi Inggris Februari 2017 diduga masih stagnan di level 5,25 tentu apabila dirilis sejalan dengan dugaan pasar akan semakin menyulitkan langkah poundsterling untuk membalikkan arah.