Poundsterling pegang kendali atas aussie



JAKARTA. Penguatan yang terjadi pada pasangan GBP/AUD terdorong oleh sentimen negatif Eropa yang menjadikan poundsterling incaran mata uang di Eropa. Selain itu, pasar masih pesimis dengan kebijakan moneter Reserve Bank of Australia. Mengutip Bloomberg, Selasa (7/7) pukul 16.45 WIB pasangan GBP/AUD melambung 0,16% ke level 2,0843 atau level tertingginya sejak Juni 2009 lalu. Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka menjelaskan bahwa dengan gunjang ganjing di Yunani, GBP menjadi mata uang safe haven di kawasan Eropa. Ini terdorong oleh pesimisme pelaku pasar terhadap prospek pergerakan euro. “Selain memang ada dorongan dari data ekonomi yang positif,” kata Tonny.

Rilis data industrial production Inggris Mei 2015 naik dari sebelumnya 0,3% menjadi 0,4%. Walaupun memang performa poundsterling tidak bisa terhitung positif akibat merahnya rilis data manufacturing production Mei 2015 yang ambruk jadi minus 0,6% dari sebelumnya minus 0,4%. Sedangkan dari sisi aussie, “Kenyataan bahwa bank sentral australia masih merasa nilai tukar mata uangnya terlalu tinggi membuat prospek pemotongan suku bunga di masa datang masih terbuka,” papar Tonny. Faktor ini memicu pelemahan aussie meski Selasa (7/7) Reserve Bank of Australia mempertahankan suku bunga di level 2%. Begitu pun, Tonny menduga jika dalam euro summit yang berlangsung sepanjang hari Selasa (7/7) terjadi kesepakatan antara Yunani dan Eropa maka sterling berpeluang merosot Rabu (8/7). “Kita bisa anggap masih maunya Eropa melakukan pertemuan dengan Yunani sebagai sinyal masih adanya kesempatan untuk mencapai sepakat,” paparnya. Ketika keadaan di Eropa dan Yunani membaik maka euro akan kembali mendapatkan kekuatannya dan menggeser posisi sterling. Namun, jika sebaliknya, GBP masih cukup positif secara fundamental dibanding AUD yang membuka kesempatan melanjutkan penguatan meski terbatas. “Karena secara teknikal, posisi GBP/AUD sudah terlampau tinggi dan berpeluang koreksi,” tutup Tonny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa