Poundsterling terdepresiasi data ekonomi Inggris



JAKARTA. Mata uang poundsterling goyah pasca dirilisnya data ekonomi Inggris yang mengecewakan. Sterling harus mengakui kekalahannya terhadap sebagian mata uang utama lainnya.

Mengutip Bloomberg, Rabu (18/3) pukul 18.00, pasangan EUR/GBP naik 0,73% dibanding hari sebelumnya menjadi 0,7238. Pasangan GBP/USD turun 0,47% menjadi 1,4680. Sementara pasangan GBP/JPY naik tipis 0,07% menjadi 179,1210.

Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures menjelaskan, pergerakan EUR/GBP sebelum dirilis data ekonomi Inggris cukup berimbang. Namun, pasca rilis data ekonomi Inggris, euro jauh mengungguli sterling.


Hal ini lantaran data ekonomi Inggris yaitu tingkat upah rata-rata tiga bulanan pada bulan Januari hanya mencatatkan pertumbuhan 1,8%. Padahal, tingkat upah diharapkan tumbuh 2,2%. Data ekonomi Inggris lainnya yang direspons negatif oleh pelaku pasar adalah tingkat pengangguran bulan Januari sebesar 5,7%. Angka ini lebih tinggi dari estimasi sebesar 5,6%.

“Setelah di rilis data ekonomi Inggris, poundsterling melemah sebesar 54 poin terhadap euro. Pelemahan ini cukup signifikan,” ungkap Suluh.

Suluh bilang, data neraca perdagangan Italia yang di rilis sebelum data Inggris juga negatif. Namun, mengingat data ini tidak berdampak besar maka pelaku pasar tidak terlalu merespons data ini. Untuk diketahui, data neraca perdagangan Italia bulan Januari membukukan surplus US$ 0,22 miliar. Angka ini lebih kecil dibanding perkiraan, yaitu surplus US$ 4,32 miliar.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures mengatakan, pasangan GBP/USD tumbang. Selain dihantam oleh data ekonomi Inggris, poundsterling juga tergerus oleh kokohnya dollar AS jelang pertemuan Bank Sentral AS (FOMC meeting). Dollar menguat akibat ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan. Hingga Rabu (18/3) pukul 17.30, indeks dollar berada di level 99,79.

“Bank Sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga dengan mempertimbangkan pertumbuhan lapangan kerja, pertumbuhan upah dan inflasi. Pelaku pasar berharap The Fed lebih tegas terhadap pernyataannya,” tutur Deddy.

Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menuturkan, rilis data Inggris pada Rabu (18/3) kontras dengan rilis data Jepang. Data neraca perdagangan Jepang bulan Februari di rilis defisit 0,64 triliun yen. Defisit ini lebih kecil ketimbang konsesus sebesar defisit 1,21 triliun yen.

“Secara umum, pergerakan GBP/JPY relatif flat. Namun tren penurunan (bearish) masih terbuka untuk jangka pendek,” terang Agus.

Secara teknikal, seluruh indikator mendukung penguatan EUR/GBP. Harga jauh meninggalkan moving average 50 dan 100. Artinya, sinyal kenaikan (bullish) masih terbuka bagi pasangan EUR/GBP. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif, yaitu 101. Ini menandakan pasangan EUR/GBP dalam tren kenaikan (up trend). Indikator lainnya yaitu stochastic berada di level 63% dengan arah naik. Sementara relative strength index (RSI) berada di level 74% dengan arah naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa