JAKARTA. Data pertumbuhan ekonomi yang kontras antara Inggris dan Amerika Serikat jadi penyebab terpuruknya GBP/USD di akhir pekan. Beban fundamental dan ketidakstabilan di Inggris dinilai masih akan jadi penyebab berlanjutnya koreksi pasangan ini. Mengutip Bloomberg, Jumat (26/5) pasangan GBP/USD merosot 1,07% ke level 1,2804 dibanding hari sebelumnya. Anthonius Edyson, Research and Analyst PT Astronacci International memaparkan, saat ini kondisi fundamental Inggris memang sedang tertekan. Data pertumbuhan ekonomi Inggris kuartal I-2017 melambat dari 0,3% menjadi 0,2% dibanding kuartal sebelumnya. Pada saat yang bersamaan, Inggris juga diserang isu ketidakstabilan politik setelah bom yang menyerang kota Manchester. “Wajar ini membuat poundsterling terus melemah apalagi timbul ketidakpercayaan pasar akan kepemimpinan Perdana Menteri Theresa May,” ujar Anthonius. Padahal pada 8 Juni 2017 mendatang, Inggris akan menghelat pemilu. Ini menyebabkan keunggulan yang selama ini dikantongi oleh partai konservatif yang mendukung May pun perlahan menipis.
Poundsterling tertekan terhadap The Greenback
JAKARTA. Data pertumbuhan ekonomi yang kontras antara Inggris dan Amerika Serikat jadi penyebab terpuruknya GBP/USD di akhir pekan. Beban fundamental dan ketidakstabilan di Inggris dinilai masih akan jadi penyebab berlanjutnya koreksi pasangan ini. Mengutip Bloomberg, Jumat (26/5) pasangan GBP/USD merosot 1,07% ke level 1,2804 dibanding hari sebelumnya. Anthonius Edyson, Research and Analyst PT Astronacci International memaparkan, saat ini kondisi fundamental Inggris memang sedang tertekan. Data pertumbuhan ekonomi Inggris kuartal I-2017 melambat dari 0,3% menjadi 0,2% dibanding kuartal sebelumnya. Pada saat yang bersamaan, Inggris juga diserang isu ketidakstabilan politik setelah bom yang menyerang kota Manchester. “Wajar ini membuat poundsterling terus melemah apalagi timbul ketidakpercayaan pasar akan kepemimpinan Perdana Menteri Theresa May,” ujar Anthonius. Padahal pada 8 Juni 2017 mendatang, Inggris akan menghelat pemilu. Ini menyebabkan keunggulan yang selama ini dikantongi oleh partai konservatif yang mendukung May pun perlahan menipis.