KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tiga bulan menjelang tutup tahun 2019, PT PP Presisi Tbk (PPRE) tetap optimistis dapat mencapai target perolehan kontrak baru sebesar Rp 5,8 triliun dengan realisasi pada Agustus 2019 baru Rp 2,7 triliun. Manajemen mengakui tahun ini sebagai tahun yang berat. 2019 merupakan tahun yang penuh tantangan terutama bagi sektor konstruksi. Kondisi ekonomi global yang belum kondusif imbas dari perang dagang serta tertundanya pelaksanaan proyek, sangat berpengaruh terhadap sektor konstruksi. Baca Juga: Pendapatan PP Presisi (PPRE) melonjak 20% di semester I menjadi Rp 1,6 triliun Direktur Utama PPRE Iswanto Amperawan menjelaskan beberapa potensi dan strategi yang bisa membantu perusahaannya mencapai target. PPRE memiliki potensial feeding yang akan didapat dari PT PP tbk (PTPP) selaku Entitas Induk sebesar Rp 4, triliun - Rp 4,7 triliun yang berasal dari proyek jalan tol Semarang-Demak, smelter feronikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara, smelter alumina di Mempawah, Kalimantan Barat, Pembangkit listrik serta beberapa bendungan seperti bendungan Way Apu-Maluku, bendungan Bener- Purworejo, Jawa Tengah, bendungan Tamblang-Bali, serta bendungan Lau Simeme-Deli Serdang, Sumatera Utara. "Proyek – proyek tersebut sudah didapatkan oleh PT PP selaku induk usaha dan tinggal menunggu proses feeding kepada PPRE," tulis Iswanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/9). Manajemen PPRE juga mengaku sedang giat mengikuti beberapa tender proyek yang berasal dari dana APBN maupun swasta. Proyek yang bersumber dari dana APBN diantaranya pembangunan jalan nasional. Sedangkan tender proyek dari swasta adalah pembangunan jalan dan infrastruktur pertambangan di Kalimantan. Baca Juga: PTPP menyiapkan agenda di semester II-2019 Dalam rangka untuk meningkatkan utilitas peralatan, PPRE juga sedang melakukan proses penjajagan untuk pekerjaan penambangan nickel di Sulawesi Tenggara. "Langkah PPRE untuk masuk ke penambangan nickel sejalan dengan trend harga nickel yang sedang tinggi," ujar dia. Adapun perolehan kontrak baru hingga Agustus 2019 sebagian besar berasal dari proyek Trans Sumatra Toll Road yaitu Indrapura - Kisaran sebesar Rp 1,6 triliun, Trans South Road Lot 9-South Java (ruas Balekambang-Kedungsalam) sebesar Rp 175 miliar, Overlay bandara Mingkabau sebesar Rp 75,8 miliar, Patimban port (Cement Deep Mixing) sebesar Rp 115 miliar serta bendungan Manikin sebesar Rp 260 miliar. “Untuk menunjang proyek-proyek baru yang dikerjakan, hingga Agustus 2019, kami telah merealisasikan capex sebesar Rp 478 miliar atau 43% dari anggaran capex sebesar Rp 1,1 triliun, berupa pembelian alat-alat berat,"tutup Iswanto.
PP Presisi optimistis capai target akhir tahun 2019
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tiga bulan menjelang tutup tahun 2019, PT PP Presisi Tbk (PPRE) tetap optimistis dapat mencapai target perolehan kontrak baru sebesar Rp 5,8 triliun dengan realisasi pada Agustus 2019 baru Rp 2,7 triliun. Manajemen mengakui tahun ini sebagai tahun yang berat. 2019 merupakan tahun yang penuh tantangan terutama bagi sektor konstruksi. Kondisi ekonomi global yang belum kondusif imbas dari perang dagang serta tertundanya pelaksanaan proyek, sangat berpengaruh terhadap sektor konstruksi. Baca Juga: Pendapatan PP Presisi (PPRE) melonjak 20% di semester I menjadi Rp 1,6 triliun Direktur Utama PPRE Iswanto Amperawan menjelaskan beberapa potensi dan strategi yang bisa membantu perusahaannya mencapai target. PPRE memiliki potensial feeding yang akan didapat dari PT PP tbk (PTPP) selaku Entitas Induk sebesar Rp 4, triliun - Rp 4,7 triliun yang berasal dari proyek jalan tol Semarang-Demak, smelter feronikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara, smelter alumina di Mempawah, Kalimantan Barat, Pembangkit listrik serta beberapa bendungan seperti bendungan Way Apu-Maluku, bendungan Bener- Purworejo, Jawa Tengah, bendungan Tamblang-Bali, serta bendungan Lau Simeme-Deli Serdang, Sumatera Utara. "Proyek – proyek tersebut sudah didapatkan oleh PT PP selaku induk usaha dan tinggal menunggu proses feeding kepada PPRE," tulis Iswanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/9). Manajemen PPRE juga mengaku sedang giat mengikuti beberapa tender proyek yang berasal dari dana APBN maupun swasta. Proyek yang bersumber dari dana APBN diantaranya pembangunan jalan nasional. Sedangkan tender proyek dari swasta adalah pembangunan jalan dan infrastruktur pertambangan di Kalimantan. Baca Juga: PTPP menyiapkan agenda di semester II-2019 Dalam rangka untuk meningkatkan utilitas peralatan, PPRE juga sedang melakukan proses penjajagan untuk pekerjaan penambangan nickel di Sulawesi Tenggara. "Langkah PPRE untuk masuk ke penambangan nickel sejalan dengan trend harga nickel yang sedang tinggi," ujar dia. Adapun perolehan kontrak baru hingga Agustus 2019 sebagian besar berasal dari proyek Trans Sumatra Toll Road yaitu Indrapura - Kisaran sebesar Rp 1,6 triliun, Trans South Road Lot 9-South Java (ruas Balekambang-Kedungsalam) sebesar Rp 175 miliar, Overlay bandara Mingkabau sebesar Rp 75,8 miliar, Patimban port (Cement Deep Mixing) sebesar Rp 115 miliar serta bendungan Manikin sebesar Rp 260 miliar. “Untuk menunjang proyek-proyek baru yang dikerjakan, hingga Agustus 2019, kami telah merealisasikan capex sebesar Rp 478 miliar atau 43% dari anggaran capex sebesar Rp 1,1 triliun, berupa pembelian alat-alat berat,"tutup Iswanto.