PP Presisi pangkas target IPO di harga Rp 430



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JAKARTA. Rencana PT PP Presisi melantai di Bursa Efek Indonesia tinggal selangkah lagi. Anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini akhirnya memilih memangkas target saham yang ditawarkan ke publik menjadi 23% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga Rp 430 per saham. 

Sebelumnya, PP Presisi berencana melepas sebanyak-banyaknya 35% dari modal ditempatkan dan disetor penuh yang setara dengan 4,23 miliar saham. Harga initial public offering (IPO) juga ditetapkan di rentang bawah.

Sekadar mengingatkan, sebelumnya PP Presisi menawarkan saham di kisaran Rp 430-Rp 550 per saham. "Kami menggunakan skenario based offer di 23% pada harga Rp 430 untuk memberikan potential upside saat secondary market," kata Benny Pidakso, Direktur Keuangan PP Presisi kepada KONTAN, Selasa (7/11). 


Ia menambahkan, sebenarnya dalam menggelar IPO kali ini, PP Presisi membuat dua skenario pelepasan saham ke publik. Skenario yang pertama adalah dengan melepas sebesar 35% saham. Dan  dalam skenario kedua adalah sebesar 23%. 

Jika benar menggunakan skema kedua, dana segar yang akan didapatkan PP Presisi tak akan mencapai Rp 1,8 triliun. Padahal, di tahun 2018 perusahaan ini sudah menargetkan belanja modal sebesar Rp 1 triliun.

Di sisi lain, Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menjelaskan, harga IPO yang ditawarkan perusahaan tergolong mahal. Harga tersebut setara price to earning ratio (PER) sebesar 14 kali. Sementara skema penurunan target IPO bisa dilakukan demi mengerek permintaan. "Kalau menurunkan jumlah saham, permintaan akan meningkat dan saham juga meningkat," ujar dia.

Namun tetap ada kekhawatiran, penurunan saham yang ditawarkan terjadi karena minat dari investor dalam masa bookbuilding tidak besar. Jika hal tersebut terjadi, Alfred memprediksikan ini ada hubungannya PTPP yang masih mencatatkan penurunan valuasi di pasar.  

Sekadar menyegarkan ingatan, sebelum ini PT Garuda Maintenance Facility Tbk (GMFI) juga menurunkan target IPO. PP Presisi dan juga PT Wika Gedung menurut Alfred akan menjadi salah satu indikator minat pasar terhadap IPO anak usaha BUMN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati