KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi Tbk (
PPRE) kembali dipercaya membangun infrastruktur tambang pada area pertambangan nikel Weda Bay. Lokasi ini menjadi salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia yang berlokasi di Halmahera. Lokasi ini juga merupakan perluasan dari pembangunan jalan hauling yang sedang dilakukan. “Keikutsertaan kami di dalam proyek tersebut, merupakan salah satu andil kami dalam turut mendukung pengembangan salah satu industri hilirisasi nikel terbesar di Indonesia," ujar Rully Noviandar, Direktur Utama PT PP Presisi Tbk, Kamis (20/5).
Ia melanjutkan, perluasan kontrak tersebut merupakan bentuk kepercayaan kepada PPRE pada
time delivery dan
quality delivery serta
value added yang kami berikan kepada setiap konsumen. Tak hanya itu, dengan adanya perluasan
scope of work, maka total kontrak yang PPRE dapatkan dari proyek pembangunan infrastruktur tambang nikel tersebut meningkat menjadi lebih dari Rp 200 miliar.
Nilai ini berkontribusi pada total perolehan kontrak baru hingga akhir April menjadi sebesar Rp933 miliar, atau mencapai 25% dari total target kontrak baru sebesar Rp3,7 triliun. “Kelak dengan selesainya proyek pembangunan infrastruktur tambang nikel tersebut, kami juga mengharapkan dapat mengerjakan mining services, seperti yang telah kami lakukan di pertambangan nikel yang berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah," sambungnya.
Baca Juga: PP Presisi (PPRE) cetak kinerja ciamik di kuartal I-2021, pendapatan dan laba naik Ia berkata, kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki PPRE dalam pembangunan infrastruktur pertambangan merupakan ekuitas yang sulit dijumpai pada perusahaan mining services lainnya. Darwis Hamzah, Direktur Operasi PT PP Presisi Tbk (PPRE) menambahkan, hal ini menjadikan PPRE sebagai
truly integrated mining services company, yang tidak hanya mampu memberikan jasa pertambangan pit to port, tetapi juga mampu memberikan jasa pembangunan infrastruktur tambang. “Sebagai
truly integrated mining services company, kami optimistis menjadikan
mining services sebagai sumber
recurring income yang berkontribusi sebesar 20%-30%," tutup Darwis. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto