KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun 2018 lalu, PT PP Presisi Tbk (
PPRE) melebarkan sayap bisnisnya ke sektor pertambangan. PPRE masuk bisnis tambang melalui anak usaha PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA). LMA diarahkan menangani pekerjaan jasa di sektor pertambangan (minning services).
Investor Relation PPRE Bambang Suyitno mengungkapkan, kontribusi
mining services atau
coal hauling terhadap kinerja PPRE selama 2018 masih berkisar 4% hingga 5% terhadap pendapatan perusahaan. "Kontribusi diharapkan dapat mencapai 10% hingga 15% di tahun 2019 seiring dengan peningkatan volume
coal hauling dan selesainya pekerjaan peningkatan infrastruktur
hauling road," ujarnya kepada kontan.co.id, Senin (11/3).
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa peningkatan ruang lingkup
mining services yang dapat PPRE berikan dari
coal hauling menjadi
mining services terintegrasi yang meliputi
coal overburden removal,
coal getting and coal hauling, serta pembangunan infrastruktur tambang. Sementara soal harga batubara turun yang masih berfluktuasi, Bambang menyatakan bahwa dampaknya sama sekali tidak berpengaruh pada kinerja PPRE ke depan karena kinerjanya masih didominasi sektor konstruksi yang menjadi
core business anak usaha PTPP tersebut. Meskipun demikian, ia tetap yakin bahwa bisnis jasa pertambangan masih memiliki prospek yang cerah, walaupun saat ini harga batubara sedikit mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Bambang pun melihat bahwa batubara masih menjadi salah satu sumber energi yang murah dan akan mulai adanya tambahan pembangkit listrik bersumber batubara yang akan beroperasi di tahun 2019 hingga 2020. "Strategi kami adalah mengerjakan jasa pertambangan pada pertambangan batubara yang memiliki jumlah cadangan batubara yang cukup secara ekonomis untuk ditambang dan memilik
strip ratio yang rendah serta telah memiliki kontrak penjualan batubara untuk jangka panjang untuk menjamin
sustainability," ungkapnya. Asal tahu saja, dari sisi kinerja keuangan PPRE menargetkan laba bersih tumbuh di kisaran 20% hingga 30% atau menjadi sebesar Rp 500 miliar pada 2019. Sementara pendapatan ditarget di kisaran Rp 4 triliun hingga 4,5 triliun dari estimasi 2018 estimasi 2018 yang berkisar pada Rp 3 triliun sampai Rp 3,5 triliun. Selain itu, PP Presisi membidik perolehan kontrak baru sekitar Rp 5 triliun hingga Rp 6 triliun di 2019. Adapun sepanjang tahun 2018, PPRE membukukan kontrak baru sekitar Rp 5 triliun. Untuk mencapai target kontrak baru tersebut, PPRE telah menyiapkan tiga strategi bisnis. Pertama, PPRE akan mengikuti secara langsung proses tender yang dilakukan baik oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun pemerintah. "Proyek-proyek yang diincar seperti proyek infrastruktur
toll road, jalan akses, bendungan, bandara maupun pelabuhan. Lalu proyek pembangunan
mixed use complex, TOD, apartmen dan gedung perkantoran. Lalu proyek
erector dan
mining services," lanjut Bambang. Lalu strategi kedua adalah PPRE akan mengoptimalkan pasar yang ada di PTPP. Gambaranya, jika PPRE memperoleh antara 5% hingga 10% saja dari total nilai kontrak baru yang diperoleh PTPP yang jumlahnya hampir mencapai Rp 50 triliun, maka PPPRE akan memperoleh tambahan kontrak baru sekitar Rp 5 triliun. Adapun strategi ketiga untuk mendongkrak perolehan kontrak baru adalah terkait dengan rencana pengembangan bisnis PPRE ke sektor tambang lewat entitas anak, PT Lancarjaya Mandiri Abadi. "Saat ini, LMA telah memiliki 3 kontrak
coal hauling (pengangkutan batubara) dan 1 kontrak
coal mining (coal overburden removal). Sementara untuk
coal getting & coal haulin telah berjalan," papar Bambang.
Selain itu, PPRE juga ingin tumbuh secara non organik melalui akuisisi perusahaan di bidang
soil improvement dan pondasi. Aksi korporasi ini diharapkan dapat rampung pada semester I 2019. Dengan mengambil alih kepemilikan saham tersebut, PPRE mengincar pekerjaan-pekerjaan
geotech yang banyak dibutuhkan pada pembangunan bandara, pelabuhan dan pembangunan di atas lahan labil yang selama ini banyak dikerjakan oleh pemain-pemain asing. "Nama perusahaan yang akan diakuisisi dan berapa nilai akuisisi belum dapat kami beritahukan karena kami memiliki
confidentiality agreement. Pada saatnya nanti akan kami umumkan sebagai bagian dari keterbukaan informasi. Selain itu, kami juga belum ada rencana akuisisi lainnya," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi