PP Presisi semakin gencar mengincar proyek di sektor pertambangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi Tbk semakin gencar mengincar sektor-sektor pertambangan, khsusnya komoditas nikel. Perusahaan menilai komoditas nikel akan semakin menarik lantaran memiliki peranan penting untuk industri baterai.

"Uniknya, justru yang kadar rendah yang ada di level laterit. Laterit ini berbanding terbalik antara kadar cobalt dan nikel yang mana semakin rendah kadar nikel biasanya kadar colbalt-nya tinggi. Nah, cobalt ini yang akan dipakai di industri baterai sehingga komoditas nikel ini semakin menarik," jelas Direktur PP Presisi Benny Pidakso, Kamis (18/2).

Lanjutnya, berdasarkan forecast data beberapa lembaga internasional Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan nikel lateri terbesar secara global. Karenanya, pihaknya melihat adanya peluang besar yang bisa diambil dari sektor pertambangan, khsusnya nikel lantaran banyak izin usaha nikel yang belum dikelola maupun dikerjakan oleh para pemilik.


"Dari sisi cashflow juga lebih menarik dibandingkan sisi konstruksi. Jadi di nikel ini kami bekerja kemudian loading ke tongkang dan setelahnya langsung ada payment," lanjutnya.

Baca Juga: PP Presisi (PPRE) optimistis rampungkan pembangunan Bandara Dhoho sesuai target

Adapun proyek yang dibidik dari pekerjaan overburden removal sampai resource hauling atau pengangkutan. Benny memaparkan saat ini di Indonesia ada 243 IUP pemilik tambang Nikel. Dari sana, ia mengaku saat ini sudah memiliki beberapa segmen pasar yang sedang diraihnya.

"Dua hari yang lalu kami sudah deal-kan dua pekerjaan jasa pertambangan nikel yang ada di Morowali yang mana kontraknya sekitar Rp 700 miliar selama 3 tahun pertama. Nah, di nikel kontraknya jangka panjang sehingga ini bisa supporting reccuring income untuk PP Presisi," ungkapnya.

Secara keseluruhan, emiten berkode saham PPRE di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini melihat volume potensi pekerjaan untuk nikel di Sulawesi Selatan-Sulawesi Utara sebanyak 2 juta - 4,5 juta ton/tahun. Kemudian, dari batu bara di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan sebanyak 11,8 juta ton/tahun dan bauksit di Kalimantan Barat sebanyak 2,5 juta ton/tahun.

Untuk menangkap potensi tersebut, PPRE juga menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) tahun ini sebesar Rp 336 miliar yang mana mayoritas akan digunakan untuk menambah alat berat. Adapun per akhir tahun lalu, PP Presisi memiliki alat berat sebanyak 2.816 unit.

Selanjutnya: Ini proyek strategis yang diselesaikan PP Presisi (PPRE) sepanjang tahun 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .