KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Properti Tbk (
PPRO) tengah mengembangkan proyek apartemen di segitiga emas CBD Surabaya bertajuk Grand Shamaya. Proyek yang akan dibangun di lahan seluas 1,6 hektare (ha) menyasar segmen premium. Hingga saat ini, PPRO telah berhasil mengantongi penjualan lebih dari 60% dari tower pertama proyek tersebut. Menara pertama itu memiliki kapasitas sebanyak 409 unit dan resmi diluncurkan pada Mei tahun lalu. Direktur Keuangan PPRO Indaryanto mengatakan, penjualan apartemen Grand Shamaya tahun lalu sangat bagus. Namun, masuk ke tahun ini penjualannya melambat karena faktor makro ekonomi yang kurang mendukung.
"Apartemen ini masuk kategori premium di Surabaya sehingga pelemahan rupiah membuat penjualan agak menurun. Para pebisnis banyak menahan diri untuk beli properti." kata Indar pada Kontan.co.id, Jumat (19/10). Menurut Indar, turunnya penjualan apartemen murni karena pelemahan rupiah saja. Sementara faktor tahun politik tidak terlalu berpengaruh karena Indonesia sudah sering menghadapi faktor politik dan cenderung aman-aman saja. Meskipun tower pertama Grand Shamaya belum ludes terjual, namun menara kedua sudah dirilis pada kuartal III lalu sebanyak 382 unit. Indar berharap, penjualan apartemen tersebut bisa meningkat di sisa akhir tahun ini dengan program-program pemasaran yang mereka lakukan. Selain itu, PP Properti juga berharap pertemuan IMF-World Bank yang digelar di Bali pekan lalu bisa membawa perubahan pada sentimen global seperti penundaan kenaikan suku bunga The Fed. Dengan begitu, dollar tidak semakin menguat. "Sebetulnya penjualan apartemen ini juga terbantu karena ada pemilik lahan yang kami beli lahannya minta diganti dengan unit apartemen di Grand Shamaya." tambah Indar. Grand Shamaya akan dibangun 5 tower dengan investasi sekitar Rp 3 triliun lebih. Proyek ini akan dikembangkan dalam jangka waktu tujuh sampai delapan tahun.
Sementara penjualan pemasaran atau marketing sales
PPRO secara keseluruhan masih mengalami peningkatan hingga kuartal III. Walaupun pasar properti tengah lesu, perseroan diuntungkan dengan adanya transaksi penjualan apartemen secara borongan atau bulk sales tahun ini dalam. jumlah yang cukup besar. Namun, Indar belum menyebutkan nilai marketing sales yang mereka kantongi hingga saat ini. Hanya saja, sebelumnya, perusahaan memproyeksikan penjualan pemasarannya mencapai Rp 3 triliun hingga akhir September 2018. Adapun per Juli, capaiannya sudah Rp 2,6 triliun. Sedangkan target tahun ini hanya Rp 3,8 triliun. "Dengan adanya bulk sales itu, kami sangat optimis marketing sales tahun ini akan tumbuh dari tahun lalu. Kami yakin target akan tercapai. " kata Indar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto