KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Properti Tbk (
PPRO) semakin gencar melakukan ekspansi bisnis. Selain fokus mengembangan proyek properti di kawasan kampus, pengembang ini juga akan melakukan ekpansi ke kawasan bandara baru. PP Properti akan mengembangkan megaproyek berbasis Aero City di kawasan dua bandar udara yaitu Bandara Kertajati, Jawa Barat dan Bandara Kulonprogo, Yogyakarta. Di Kertajati, PPRO telah melakukan kerjasama patungan dengan anak usaha PT Bandara International JAwa Barat (BIJB) yaitu PT BIJB Aerocity Development untuk mengembangkan lahan 300 hektare (ha). Lahan ini akan dikembangkan menjadi kawasan
mixed use yang di dalamnya akan terdapat hotel, apartemen, kantor serta pendukung bandara lainnya.
Tahap pertama, PPRO akan mengembangkan apartemen terlebih dahulu yang akan dijual nantinya ke perusahaaan maskapai. "Rencananya di Kertajati kami akan bangun apartemen dulu tahun depan, nanti dijual ke maskapai untuk asrama pegawai seperti paramugarinya," kata Tjakra D Puteh, Vice President Realty PP Properti, Minggu (19/11). Tjakra mengungkapkan, luas lahan yang akan dikembangkan di Bandara Kertajati akan diperluas hingga 3.000 ha. PPRO dan BIJB akan melaakaukan kerjsama pengembangan lagi untuk lahan seluas 2.700 ha lagi. Lahan yang akan dikerjasamakan tersebut berada di sepanjang exit tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sampai Bandara Kertajati. "Dari tol Cipali ke Kertajati paanjangnya ada sekitar 4 km," Ujar Tjakra. Sementara di Bandara Kulonprogo, PPRO berencana mengembangkan kawasan Aero City minimal 300 ha. Namun, Tjakra belum bisa mengungkapkan seperti apa mekanisme pengembangan lahan tersebut apakah lewat kerjsama dengan pemiliki lahan atau melakukan akuisisi sendiri terhadap tanah-tanah masyarakat. Kawasan Aerocity BAndara Kuloprogo tersebut akan dikembangkan menjadi kawasan
mixed use pendukung bandara. Selain hunian, hotel dan perkantoraan, lanjut Tjakara, disana akan dibangun pergudangan logistik. Seperti diketahui, pengembangan Bandara Kulonprogo ditargetkan rampung pada kuartal II 2019. Pada akhir kuartal III lalu, induk usaha PPRO yaitu PTPP telah berhasil memenangkan tender sebagai mitra PT Angkasa Pura I untuk membangun dan mengelola Bandara Kulonprogo yang investasinya mencapai Rp 6,5 triliun. Sekitar 70% dari investasi proyek ini akan dibiayai oleh PTPP. Sedangkan Bandara Kertajati juag sedang dalam tahap pengembangan saat ini dan ditargetkan bisa beroperasi pada pertengahan 2018. Hingga awal November 2017, progres konstruksinya sudah mencapai 67,5%. PPRO tahun ini gencar melakukan akuisisi lahan. Perusahaan menyiapkan dana Rp 3 triliun khusus untuk penambahan lahan. Hingga kuartal III, pengembang Grand Kamala Lagoon ini sudah memiliki cadangan lahan 110 ha dan ditargetkan akan mencapai 200 ha hingga akhir tahun. Dengan posisi tersebut, PPRO akan lebih fokus melakukan pengembangan tahun 2018 dibanding akuisisi lahan. Oleh karena itu, perusahaan akan banyak meluncurkan proyek-proyek baru tahun depan. Jika tahun ini masih mengembangkan 16 proyek, tahun depan akan menggarap 24 proyek. Belanja modal yang disiapkan perusahaan tahun depan hanya sekitar Rp 1,8 triliun -Rp 2 triliun. Selain akan mengembangkan Aero City, PPRO juga juga terus melakukan ekpansi terutama di area-area kampus dan pengebangan kawasan Transit Oriented Transit Development (TOD). Setelah meluncurkan apartemen mahasiswa di Depok, Malang, Surabata, Semarang dan Jatinangor, PPRO juga akan mengembangkan apartemen kampus di Yogyakarta dan Solo. "Kalau di Solo kami sudah dapat permintaan untuk bangun apartemen tapi lahannya belum dapat," ujar Tjakra. Di samping dua area kampus baru yaang akan dikembangkan, PPRO juga kana meluncurkan dan menggarap proyek baru lagi di Transyogi tahun depan. Disana, perusahaan memiliki lahan di dua lokasi dengan tpotal luas mencapai 45 ha yang akan dikembangkan menjadi proyek
high rise building. Kemudian ada lagi dua lokasi baru lagi yang akan dikembangkan di Jawa Timur yaitu di Suramadu dan di Surabaya Timur. Kembangkan Proyek TOD Sementara untuk proyek TOD, PPRO belum mulai melakukan pemasaran. Perusahaan telah melakukan seremoni
groundbreaking untuk dua proyek TOD yang akan dikembangkan yaitu di Stasiun Juanda dan Stasiun Tanah Abang. Tjakra mengatakan, saat ini pihaknya sedang mengubah design dari proyek TOD Juanda lantaran adanya penambahan lahan seluas 2.000 m2. Semula, PPRO hanya merencanakan membangun proyek itu di lahan 5.900 m2 sebanyak dua tower apartemen dengan kapasitas 627 unitt. Dengan tambahan lahan tersebut, TOD Stasiuan Juanda akan dibangun sebnayak tiga tower dengan kapasitas hunian mencapai sekitar 1.000 unit.
"Lantaran adanya penambahan lahan, kita ubah design dan saat ini belum selesai. Seteah selesai gambar baru kita ajukan izin lagi dan ditargetkan tahun depan selesai. Jadi pemasaran baru akan kita lakukan tahun depan setelah izinnya selesai," kata Tjakra. Tjakra bilang, pihaknya tidka mau melakukan pemasaran proyek TOD tersebut jika segala perizinannya masih belum rampung. Terkait
groundbreaking yang sudah dilakukan sebelumnya, menurutnya itu hanya sebagai seremoni saja yang merupakan bagian strategi marketing dari pengembang. Groundbreaking atau peletakan batu pertama dari kontraktor untuk pengembangan proyek itu baru akan dilakukan seteah perizinannya diperoleh. " Jadi kita sama sekali belum melakukan pembangunan," ungkap Tjakra. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia