PPI Glasgow gelar Seminar Islamic Finance



JAKARTA. Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Glasgow mengadakan seminar Islamic Finance Management di University of Glasgow, Scotlandia, Inggris Sabtu, (5/4) kemaren. Dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Minggu (6/5), acara ini bertujuan untuk kesadaran dan pengetahuan tentang penerapan system keuangan syariah dalam dunia bisnis, khususnya perbankan dan dalam manajemen keuangan keluarga. “Penerapan system ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dalam masyarakat”, ujar Ketua Keluarga Islam Britania Raya (KIBAR) Glasgow, Nor Basid Adiwibawa Prasetya. Omar Shaikh, Penasihat Kebijakan Keuangan Pemerintah Inggris, menyatakan bahwa Inggris telah menjadi pusat perbankan Islam di Eropa. Sistem ini berkembang berkat dukungan politik pemerintah Inggris yang melihat pelaksanaan system ini sebagai peluang bisnis. Dia menambahkan peluang bisnis keuangan syariah di Inggris makin berkembang seiring dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan syariah. “Prinsip Islam tentang uang adalah kepuasan dan kesenangan sehingga sistem ini bisa dipercaya," katanya.Oleh karena itu, system yang dibangun menekankan keterbukaan dalam pengelolaan perbankan dan lebih rasional dalam mengambil keuntungan bisnis keuangan perbankan. Kemudian perkembangan Islamic finance di Asia tenggara disampaikan oleh ketiga pembicara selanjutnya yakni, Mohd Hairul Azrin (PhD in Accounting and Finance di University of Glasgow) dari Brunei Darussalam, Norasikin Hj Salikin, (Corporate Finance PhD candidate in the University of Strathclyde) dari Malaysia serta Luqyan Tamanni, (PhD candidate di University of Glasgow dengan spesialisasi Islamic micro finance) dari Indonesia.

Menurut Mohd Hairul Azrin system ini dibangun oleh pemerintah Brunei Darussalam sebagai Negara Islam dalam sebuah sistem kebijakan Islamic finance kemudian diberlakukan pada masyarakat. Sementara, di Indonesia system ini bergerak dari micro finance kemudian baru naik ke level kebijakan negara yang terjadi di Indonesia. ”Di Asia Tenggara system ini berkembang dan stabil karena tidak menerapkan bunga sehingga tahan terhadap krisis,” ujar Luqyan


Editor: Yudho Winarto